Banyak artikel terbit dalam koran-koran harian menyinggung “persahabatan tradisional” ini, dan mendesak agar publik Amerika setidaknya menahan diri dari berpihak pada musuh-musuh Rusia, betapapun mengerikan pemerintahan birokrasi Rusia.
Napoleon mengatakan: “Sejarah adalah fiksi yang disepakati.” Definisi ini lebih dapat diterapkan pada sejarah diplomasi dibanding pada cabang apapun dalam ilmu tersebut, sebab diplomasi memiliki begitu banyak arus bawah yang sumber-sumbernya tersembunyi dari mata khalayak. Tentu saja, disebabkan oleh semangat Machiavellian yang memandu diplomasi bangsa-bangsa selama bertahun-tahun, bahkan dalam sejarah-sejarah paling otoritatif, kita begitu sering mendapati cerita hubungan diplomatik diberikan bukan sebagaimana adanya, tapi sebagaimana dimaksudkan oleh penyiasat lihai.
Pembantaian Kishinev/Chisinau yang terjadi pada April 1903 menyebabkan badai protes kuat di negara ini. Protes-protes ini, disuarakan oleh mimbar, pers, dan pertemuan massa, dibenci oleh Dubes Rusia di Washington dan oleh kelas-kelas ofisial di St. Petersburg, dengan dalih bahwa AS berkali-kali berutang terimakasih kepada Rusia lantaran “persahabatan tradisional”-nya kepada kita, sejak awal sejarah bangsa kita hingga saat ini. Banyak artikel terbit dalam koran-koran harian menyinggung “persahabatan tradisional” ini, dan mendesak agar publik Amerika setidaknya menahan diri dari berpihak pada musuh-musuh Rusia, betapapun mengerikan pemerintahan birokrasi Rusia. Sebuah artikel terbit dalam koran terkemuka Rusia di St. Petersburg, Novoe Vremya, bertajuk “Russia in America”, sebagai berikut:
“Dari waktu ke waktu AS memasuki arena propaganda anti-Rusia yang menemukan lahan subur dalam populasinya yang tak matang secara politik, tanpa tradisi pemerintahan, dan terhanyut oleh keberhasilan kebijakan imperialistik barunya. Penjara-penjara Siberia, pintu terbuka Manchuria, kekacauan Kishinev—semua ini menjadi dalih untuk pertemuan-pertemuan anti-Rusia yang begitu menguntungkan bagi musuh-musuh Rusia, sementara Anglofilisme gigih Menteri Hay memberi nilai ofisial kepada klaim-klaim berbagai kelompok pedagang dan misionaris Amerika di Timur Jauh... Kementerian Luar Negeri Rusia seharusnya menerbitkan dalam bahasa Inggris sebuah uraian ringkas hubungan antara pemerintah Rusia dan pemerintah Amerika, dimulai pada masa Catharine dan berujung pada perang Spanyol-Amerika.”
Ketika sang Raja adalah Negara, dan ketika kasih-sayang, antagonisme, dan hasrat balas dendam sang Raja adalah faktor-faktor pengendali dalam hubungan internasional, titah penguasa merupakan yang tertinggi, dan nurani nasional harus tunduk pada kehendaknya. Tapi, sekalipun tuntutan Rusia tradisional atas rasa terimakasih AS cukup berdasar, semangat tercerahkan zaman kita tidak bisa mengakui itu sebagai dalih di pengadilan untuk menentang penghukuman terhadap ketidakadilan-ketidakadilan yang sangat buruk, atau untuk menentang simpati kita kepada orang-orang yang tertindas.
Hubungan internasional di antara Negara-negara modern terutama didasarkan bukan pada sentimen atau rasa terimakasih, tapi pada kepentingan diri, yang dimodifikasi kurang-lebih oleh rasa keadilan dan kebenaran. Namun, di sini kita tidak berurusan dengan spekulasi, tapi dengan fakta sejarah. Mari lihat apa saja fakta-fakta ini.
Catharine II dan Revolusi Amerika
Di bawah Catharine II, dibentuklah sebuah skema pada 1779, ketika kita sedang dalam periode paling berat yaitu Revolusi, agar Rusia memberikan bantuan efektif kepada George III melawan kita, dengan syarat Inggris akan menolong Rusia dalam serangan-serangan terbarui terhadap Turki. Bagian dari program ini adalah bahwa Pulau Menorca akan diserahkan oleh Inggris kepada Rusia sebagai pangkalan untuk armada Rusia di Mediterania, dan sebagai tempat berkumpul untuk para pemberontak Yunani. Proyek ini disusun oleh kepala penasehat Catharine, Count Potemkin, untuk disampaikan kepada Dubes Britania di St. Petersburg; tapi, karena kecakapan Count Panin, Menteri Urusan Luar Negeri-nya Catharine, yang lebih menyukai kepentingan Prancis dibanding Inggris, skema itu kandas, dengan begitu menyebabkan sang Ratu mengadopsi kebijakan anti-Britania berupa netralitas bersenjata. Sifat persahabatan Rusia kepada kita di periode ini, ketika kita sedang sangat membutuhkan jasa-jasa bersahabat dari bangsa-bangsa asing, diungkapkan oleh Benjamin Franklin, yang kala itu berada di Paris sebagai salah satu Komisioner kita untuk menegosiasikan perdamaian dengan Britania Raya. Dia mendeskripsikan bagaimana Rusia, dengan kepuasan yang bersahabat, mendengar pengakuan kemerdekaan kita oleh Dewan Negara Belanda. Aku mengutip dari jurnalnya:
“Hari ini” (9 Juni 1782), “aku menerima sebuah surat dari Tn. Dana bertanggal 29 April, St. Petersburg, yang di dalamnya terdapat petikan berikut: ‘Kemarin kami menerima kabar bahwa Dewan Negara, pada tanggal 19 bulan ini, mengakui kemerdekaan AS. Peristiwa ini memberi goncangan di sini, dan tidak disambut baik, sebab mereka setidaknya mengaku puas dengan pemikiran bahwa mediasi akan sudah mencegah itu, dan, dalam keadaan lain, akan sudah mendatangkan perdamaian parsial antara Britania dan Belanda.’”
Tn. Francis Dana, di kemudian hari menjadi Hakim Agung Massachusetts, pada waktu ini adalah Duta (Minister) yang diberi kuasa untuk Rusia. Dia tinggal di sana sekitar dua tahun meminta untuk diakui; tapi Rusia menolak menerimanya atau mengakui kemerdekaan negara kita, padahal sembilan bulan berlalu sebelum persiapan perdamaian ditandatangani. Akhirnya Dana, pada September 1783, karena tak berhasil dalam upayanya untuk mendapatkan pengakuan, atau untuk membuat Rusia mengakui kemerdekaan negara kita, memperoleh izin dari Kongres untuk pulang.
Beberapa tahun lalu, ketika Eugene Schuyler menjabat Sekretaris Legasi di St. Petersburg, dia melakukan suatu investigasi untuk sejarawan George Bancroft, dan menyalin dan menerjemahkan beberapa korespondensi diplomatik di bawah pemerintahan Catharine II. Pada waktu ini Count Osterman adalah Wakil Kanselir, dan Pangeran Demetri Galitzen adalah Dubes Rusia di Hague. St. Petersburg menerima informasi dari sang Dubes Rusia bahwa Tn. Adams telah diterima sebagai Duta AS. Wakil Kanselir Osterman menulis kepada Dubes Demetri Galitzen (6 Mei 1782):
“Kini setelah para Paduka mulai mengakui secara formal Tn. Adams sebagai Duta yang Berkuasa Penuh dari AS, aku harus berpesan kepadamu bahwa Baginda Ratu tidak menginginkan peragaan apapun darimu yang bisa mengakibatkan praduga bahwa dia menyetujui langkah ini. Dengan demikian kau harus menahan diri dari menerima atau melakukan kunjungan kepada Tn. Adams, atau kepada orang lain manapun yang diberi kuasa dari Koloni-koloni yang sedang memisahkan diri dari Britania Raya.”