Skip to content
Ketika Agama Menjadi Murah – Relift Media

Ketika Agama Menjadi Murah Bacaan non-fiksi sosial

author _James O. Fagan_; date _1910_ genre _Sosial_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Semakin banyak reformis keagamaan modern mengeluyur dari prinsip dasar karakter pribadi dan penebusan, dan para pemimpin mazhab pemikiran keagamaan modern radikal dan spekulatif ini kini sedang mengusahakan kebahagiaan materil sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya orang. Dalam generasi ini, seperti dalam setiap generasi, ke­pentingan terpenting manusia adalah personal dan spiritual. Seorang pengkhotbah masyhur suatu kali berkata bahwa tujuan Tuhan di muka bumi bukanlah kebenaran, tapi manusia. Mengingat standar dan tendensi intelektual saat ini, pernyataan ini memiliki signifikansi khas. Itu menying­gung jantung semua permasalahan sosial. Sebagai contoh, fakta sosial paling penting abad 20 ada­lah barangkali kenaikan pekerja. Nasibnya adalah pertimba­ngan berikutnya. Sementara kesuksesan materilnya terja­min, pandangan dan tujuan spiritualnya agak kabur. Tak lama lagi kekuasaan dan kekuatan akan menjadi miliknya sampai taraf hampir tak terbayangkan, dan sehubungan de­ngan ini salah satu tanda paling penuh harapan di zaman ini adalah keresahan pekerja ini dan usahanya untuk memper­baiki kondisinya secara pendidikan dan industri. Akan tetapi, keresahan sosial ini tidak terbatas pada ling­karan industri. Itu juga merupakan tanda keagamaan atau spiritual paling penuh harapan. Tak pernah dalam sejarah benua ini elemen spiritual di gereja dan tempat lain begitu terbangkitkan kepada rasa tanggungjawab dan peluangnya. Gereja memutus hubungan spiritualnya dengan massa, itu sama dengan bermesraan dengan keterpencilan. Di sisi lain, memperkuat pengaruhnya di tengah masyarakat dengan metode-metode selain spiritual adalah alternatif yang dipra­takdirkan gagal. Tapi alternatif ini, yang berarti penurunan agama dan pemurahan ideal-idealnya, adalah fitur yang di­gembar-gemborkan dari banyak sekali program gereja, yang bermaksud mengikuti apa yang mereka anggap semangat zaman. Untuk menggambarkan akibat dari pemurahan pemikiran keagamaan ini terhadap kemajuan dan cita-cita keagamaan masyarakat modern, mari kita terlebih dahulu memaknai kata “agama” dalam segala kesederhanaan dan arti lamanya. Pertama-tama, aku pikir akan diakui bahwa mulanya, atau setidaknya pada suatu waktu, istilah “agama” ini, ber­dasarkan kebiasaan yang hampir universal, adalah kekayaan dan hakcipta eksklusif kaum beragama, dengan kata lain kaum (tanpa memandang keyakinan atau denominasi) yang perhatian utamanya adalah kesejahteraan spiritual, dan secara tak langsung materil, ras manusia. Agar lebih eksplisit lagi, sudah pasti ada masa ketika kata “agama” tidak diterap­kan pada sistem saintifik atau sosialistik perbaikan sosial. Istilah ini dimaknai berarti—sederhananya dan semata-mata—hubungan sadar antara manusia dan Tuhan, dan ekspresi hubungan tersebut dalam perilaku manusia. Dengan demi­kian, itu adalah penamaan atau emblem yang cukup lebar untuk memasukkan pria dan wanita dari hampir setiap kecenderungan dan kemampuan spiritual. Bagi Kristiani, dan menurut arti aslinya, istilah tersebut dimaksudkan semata-mata untuk melambangkan fungsi spiritual dalam urusan manusia, yakni “Untuk mengembang­kan insting moral anak-anak, untuk membentengi karakter pemuda dari gangguan, untuk merawat cinta keadilan dan persaudaraan manusia, dan untuk mendorong kapasitas pengorbanan diri.” Tidak terlalu penting apakah, di semua negara dan di setiap generasi, kesalahan-kesalahan serius dilakukan atas nama agama. Bendera bangsa-bangsa paling beradab ter­kena kritik yang sama. Alhasil, kata “agama” ini, yang berdiri di atas tumpuannya dari zaman ke zaman dengan ide sentral pelayanan spiritualnya, semestinya dijaga oleh umat Kristi­ani dengan perhatian tekun, dan arti aslinya semestinya di­pertahankan, tak tercampur dengan isu-isu lain, betapapun populer dan terpuji. Namun, pada hari ini, tak seorangpun bakal bermimpi mengklaim penafsiran eksklusif semacam itu atas kata “agama”. Bahkan, istilah tersebut, yang sebagian besar di­cukur dari arti aslinya, kini melayani siapapun yang bisa mempopulerkan rencana masuk akal dalam kerja perbaikan sosial atau industri. Gereja-gereja sendiri, dan lebih khusus­nya apa yang dikenal sebagai gereja-gereja liberal, telah mem­buang kata tersebut ke dalam tumpukan sampah sastra, telah mengundang segala macam orang bermaksud baik, atau perhimpunan orang-orang bermaksud baik, agar me­manfaatkan kata tersebut sesuai yang mereka anggap pas, dan agar melampirkannya pada segala macam sistem etika, sains, atau sosialistik yang dengannya ras-ras masa depan dapat dibasuh, diberi makan, dirumahi, diukur, dan dicerah­kan secara lebih menyeluruh. Hari ini, ini adalah status tepat kata “agama”, yang dulu merupakan milik eksklusif dan emblem orang-orang berpikiran spiritual. Di titik ini, penulis sekadar meminta perhatian pada peru­bahan ini, perubahan arti kata “agama”, dan spesifiknya pada sejumlah fitur evolusioner tetap yang mengikutinya rapat-rapat: yakni pada pemencaran dan pemisteriusan konsepsi-konsepsi keagamaan masyarakat, khususnya generasi muda; pada pemurahan pasti dan nyata pemikiran keagamaan di masyarakat; dan terakhir pada tendensi untuk menyingkir­kan ketaatan beragama, dan untuk mengubah agama itu sendiri menjadi tebak-tebakan yang semakin kurang penting. Bagi orang-orang yang sering mengunjungi jalan-jalan kecil kehidupan kota, yang mendengarkan dan mencatat obrolan-obrolan, dan yang membaca suratkabar-suratkabar, di mana umumnya agama hanya disebutkan dalam tanda kurung atau secara jenaka—bagi orang-orang demikian, indikasi-indikasi yang sudah kusebutkan merupakan tanda-tanda zaman yang digembar-gemborkan secara luas. Sejarah evolusioner keadaan ini, dan gambaran-gambaran yang ter­kait dengannya, sangat menarik. Tapi sekarang, untuk me­nerangkan bahasan ini sedikit, retrospeksi sejarah pendek menjadi perlu.
Judul asli : The Cheapening of Religion<i=1cD1jnsn00SgHxYY_PWqn0ItYdP3v_wWP 400KB>The Cheapening of Religion
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Januari 2025
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Ketika Agama Menjadi Murah

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2025)