Pamflet-pamflet ini menghasilkan dakwaan paling waras dan dahsyat yang pernah dibuat oleh satu pemerintahan terhadap sistem politik dan militer sebuah pemerintahan lain. Membuatnya adalah urusan serius; itu sangat penting bukan hanya karena itu bakal mempengaruhi opini saat ini.
Dalam rapat dengar pendapat Kongres terkait anggaran kami, yang berubah menjadi penyelidikan menyeluruh terhadap pekerjaan Committee [on Public Information], salah seorang Wakil bertanya apakah aku tidak berpikir bahwa pertunjukan anak-anak Amerika berlayar menuju Prancis sudah cukup untuk membangunkan rakyat Amerika. Aku menjawab, fakta keberangkatan untuk berdinas militer di tanah asing semakin menambah urgennya pemahaman mendasar tentang sebab-sebab perang dan tentang kepantasan mutlak posisi Amerika. Gelombang perasaan kebangsaan bisa saja membawa kita ke dalam perang, dan nafsu-nafsu dan kebencian kebangsaan bisa saja melecut kita, tapi buih dan ampas akan menjadi satu-satunya hasil akhir. Metode-metode demikian bisa saja membawa sebuah gerombolan sejauh satu blok kota untuk merobohkan sesuatu, tapi mereka tidak akan memikul demokrasi penentuan nasib sendiri di jalan penderitaan dan pengorbanan setinggi-tingginya untuk ideal-ideal besar. Bisakah kita mengandalkan pemahaman nasional akan ideal-ideal tersebut? Bisakah kita yakin bahwa seratus juta orang—para ayah, ibu, anak-anak Amerika, yang lahir di luar negeri maupun asli—memahami dengan cukup baik sehingga mereka bakal mendukung satu demi satu kredit/pinjaman, bakal menanggung beban pajak dan mengirim gelombang demi gelombang pria muda Amerika untuk mati di medan-medan Flandria?
Bahwa bangsa ini samar-samar merasa isu-isu besar sedang dipertaruhkan, hal ini jelas; tapi apakah itu digenggam dengan sebuah keyakinan bahwa isu-isu tersebut dan solusi-solusi tepatnya terikat dengan keamanan permanen Amerika saat ini juga dan selamanya? Adalah kebutaan jika kita mengasumsikan pemahaman demikian. Sepanjang dua setengah tahun netralitas kita, pertempuran kontroversi berkecamuk setiap hari, di mana pers dan khalayak sama-sama terbelah. Sebagian bekerja keras untuk membariskan kita serta-merta di pihak Sekutu, dan sebuah kelompok bersemangat lain, yang diorganisir secara terampil dan diarahkan secara pintar, mati-matian membela pemerintahan Imperial Jerman. Negara ini ada dalam sebuah kondisi pikiran di mana ia menerima perang dan berkata, “Presiden telah bersikap sabar; kita di belakangnya; kita patriotis; dan kita mengkhawatirkan bahaya besar.” Tapi karakter hidup-mati pergulatan ini tidak dipahami. Kita merasa itu harus disadarkan kepada mereka sebagai masalah keyakinan intelektual yang pasti. Kita ingin menjangkau masyarakat melalui pikiran mereka, ketimbang melalui emosi mereka, sebab kebencian memiliki reaksi yang tak dikehendaki. Kita ingin melakukannya, bukan melalui penekanan seruan historis secara berlebihan, tapi melalui argumen tak tersangkal yang akan membuat setiap pria dan wanita tahu bahwa perang ini adalah perang pertahanan diri yang harus dilancarkan agar institusi-institusi bebas tidak binasa.
Bagaimana caranya? Tidak ada preseden untuk memandu kita; tanahnya belum dibajak. Berbagai negara peserta perang menerbitkan Buku Putih, Buku Kuning, dan Buku Biru, tersusun hampir seluruhnya dari dokumen negara. Oleh karenanya, publikasi dokumen diplomatik yang meliputi hubungan kita dengan Jerman tampak sebagai hal yang sungguh terhormat, aman, dan diterima untuk dilakukan. Dengan kerjasama Departemen Luar Negeri, kami memulai proyek itu; Arthur Bullard ditunjuk untuk tugas menyeleksi dokumen. Semakin jauh kami pergi, semakin terlihat jelas kami akan menembakkan amunisi sangat berat, dengan kemungkinan sebagian besar jilid-jilid besar itu “tak meletus”.
Buku-buku besar bukanlah yang kami inginkan, dan dokumen negara yang panjang dan membosankan bukanlah yang kami butuhkan. Tiba-tiba membuang ide awal yang berkaitan dengan arsip dan dokumen formal, kami putuskan untuk berkecimpung dalam “pembuatan dan penyebaran pamflet populer”. Oleh karenanya, yang kami hadapi adalah masalah memproses kerja itu secara sistematis, masalah mengerjakannya dengan akurat, dengan kesarjanaan teliti, dan dengan pengertian penuh bahwa apa yang kami terbitkan akan memiliki otoritas dan tanggungjawab sebuah publikasi pemerintah. Bullard dibutuhkan di Seksi Luar Negeri, jadi yang harus kami cari adalah orang universitas, sejarawan berpengalaman, penulis yang terampil dalam investigasi, yang hafal Amerika dan Eropa dengan sama baiknya. Pada momen inilah datang ke tanganku sebuah pamflet berisi pidato patriotik yang dibagikan di Minnesota oleh seseorang bernama Guy Stanton Ford. Aku jarang membaca sesuatu yang menghasilkan kesan lebih instan daripada itu, sebab itu mengandung keindahan tanpa mengorbankan kekuatan, kesederhanaan, urutan luar biasa, dan pengetahuan jelas tentang setiap detil progres spiritual Amerika. Aku langsung mencaritahu dan mendapati Ford adalah kepala Departemen Sejarah Universitas Minnesota dan Dekan Sekolah Pascasarjana, dan sebelum itu seorang profesor Sejarah Eropa Modern di Universitas Illinois setelah lima tahun sebagai pengajar di Yale. Aku mengirim kawat kepadanya bahwa dia “diwamilkan” dan harus melapor secepatnya. Di sini lagi-lagi pentingnya keputusan cepat terbuktikan, sebab aku akan sudah menghamburkan waktu berbulan-bulan mencari tanpa menemukan siapapun yang luar biasa cocok, berdasarkan tabiat dan pendidikan, untuk posisi penting yang diberikan kepada Profesor Ford.
Kami kini siap memprakarsai publikasi pertama kami. Di sini kami punya keunggulan besar atas organisasi-organisasi serupa di Inggris atau negara-negara lain yang telah terseret ke dalam perang. Keunggulan itu terletak dalam pidato lugas dan mengharukan dari Presiden Wilson pada 2 April 1917 di depan Kongres. Sekelompok orang di Universitas Minnesota, dikepalai oleh Prof. W. S. Davis dari Departemen Sejarah, di bawah arahan Dekan Ford mulai mengerjakan penganotasian pesan [pidato] tersebut, di mana fakta-fakta esensial disatukan dalam cakupan luas presentasi Presiden yang fasih. Pekerjaan dilakukan dengan cepat dan terampil dan diukur dengan baik agar mudah dipahami dan diyakini sepenuhnya. Apa yang sebaiknya kami lakukan terkait pencetakan dan distribusi? Kami mempelajari direktori suratkabar dan memperkirakan bahwa kami bisa menjangkau pers negeri ini dengan cetakan dua puluh ribu. Lalu kami akan lihat—dan kami betul-betul melihat. Pers menyambarnya dan publisitas meliputi kami. Antaran pos hari pertama diantarkan ke Profesor Ford dan satu pegawainya dalam keranjang persik. Hari berikutnya ada dua gantang surat meminta salinan/eksemplar. Mereka datang dari semua pangkat dan jenis orang; dari anak-anak lelaki yang pergi ke Officers’ Reserve Training Camps, dari para ayah dan ibu yang putera-puteranya akan berdinas dan keluar dari peternakan dan toko, bank dan sekolah. Satu inspektur kota mengirim kawat meminta lima belas ribu eksemplar agar itu masuk ke setiap rumah di sebuah komunitas yang sebagian besar terdiri dari kelahiran luar negeri. Selama perang berlangsung, permintaan akan pidato perang Presiden yang dianotasi terus berlanjut dan angka akhir di penghujung pekerjaan kami adalah 2,5 juta pamflet ini saja.
Judul asli | : | The Fight for the Mind of Mankind<i=146UPb4BfVpdVprrhCgHjQFqIQTlnFrtu 400KB>The Fight for the Mind of Mankind (1920) |
Pengarang | : | George Creel |
Penerbit | : | Relift Media, November 2024 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |