Di ruangan ini, waktu itu, pada malam itu, kami mencapai kesepahaman. Kami akan mengawali usaha kami sebagai orang berakal sehat. Kami, tentu saja, akan harus meminum seluruh dosis politik—para bos, geng, para pengekor, perintrikan, perdalangan.
Kurasa kini aku bisa menganggap diriku negarawan terdampar—negarawan ward yang terdampar. Untuk sementara, intinya, aku terbaring di sebuah pondok tepi laut, menghalau serangan reumatik. Malam ini cuacanya dingin, dan aku duduk di depan api unggun di perapian terbuka dan merenung. Gambar-gambar kehidupan politikku di masa lalu melayang di depanku atau bergulung ke atas bersama asap, untuk menghilang di cerobong. Kenangan dua teman lama paling menghimpit pikiranku. Salah seorang dari mereka, aku membantu menguburnya bulan lalu; yang satu lagi beralih ke silent majority lima tahun lalu. Wujud mereka melintas di depan penglihatanku malam ini!
Aku dan dua orang ini membentuk sebuah tim tiga kuda yang bertahun-tahun bekerjasama dalam perpolitikan kota. Kami bertiga melihat kepura-puraan masyarakat dan trik-trik perumusan hukum yang hanya bisa dilihat oleh politisi.
Ya, kematian telah membubarkan lingkaran—kecil kami; para musuh menyebutnya cincin. Aku kehabisan motivasi untuk membentuk yang baru. Barang-barang dunia ini, aku punya cukup; kroni-kroni lamaku, banyak yang terpencar—sebagian beremigrasi ke Kanada dengan tergesa-gesa, sebagian terjangkar di sini oleh hukum. Setelah terkena badai umpatan publik baru-baru ini, aku menghargai tempat berlindungku di sini.
Aku ingat betul awal-mula keakraban panjangku dengan dua rekanku. Itu bermula dari hari ketika kami sepakat untuk terjun ke dunia politik, untuk mengandalkan satu sama lain, dan untuk jujur. Perjanjian itu dibuat di ruangan ini persis; sebab pondok tepi laut ini adalah milik ayahku, di sini aku dibesarkan, dan ke sini, sejak tinggal di kota, aku sering datang untuk menghabiskan musim panas.
Aku bisa lihat kelompok kecil tiga orang itu duduk dekat meja di sini—coba kuingat—itu lima belas tahun silam. Di seberang lampu gantung, duduk Hogan—pendek, berbadan begap, berwajah merah, berkepala pelor, berambut pirang pasir. Sebuah gambaran kekuatan hewani; kejenakaan dan kelihaian senantiasa bersembunyi dalam mata kelabu mungilnya; kesigapan jawaban yang tepat; enak dalam ekspresi pasti wajahnya. Tapi dia orang pertama di antara kami yang melewati sungai gelap! Di ujung meja duduk Mortimer—jangkung, langsing, rambutnya gelap dan keriting, matanya besar dan biru tua. Ah! Mereka pasangan bagus, dua orang itu, sebab orang-orang seringkali paling serasi ketika tidak serupa.
Kami sedang membicarakan situasi politik di kota—situasi politik praktis. Baru saja terjadi apa yang suratkabar sebut reformasi besar. Seorang pemimpin politik yang sangat cakap dipenjara, dan massa sedang menikmati istirahat yang diperlukan sehabis kejang luhurnya. Kami bertiga mengulas reformasi tertinggi ini. Kami dengan seksama mempelajari bentuknya ketika itu meninggalkan politik praktis.
Sudah jelas, letnan-letnan si pembesar terpenjara itu menyaksikan kemanfaatan terakhir mereka bagi partai. Mereka sama-sama merasakan nasib buruknya. Ya; hanya itu. Nasib tidak berpihak pada mereka. Seandainya sang pemimpin bisa menghindari cengkeraman hukum, dan mempertahankan jabatan dan menafkahi letnan-letnannya, orang-orang ini mungkin sudah menanggung jatah kesalahannya; tapi dengan ditangkap, disidang, divonis, dihukum, dipenjara, dan ditinggalkannya dia oleh pers, mereka terpaksa jatuh bersamanya. Mengapa? Karena boros dengan dana kota? Omong-kosong. Fakta itu sudah diketahui sebelumnya. Mereka harus pensiun karena partai mereka jangan sampai, dengan mempertahankan mereka dalam jabatan, menantang bakat musuh-musuhnya untuk menerapkan julukan-julukan menghina. Para manajer politik kurang terpengaruh oleh pemisahan-pemisahan semisal benar dan salah. Apa yang betul-betul mereka takutkan adalah pentungan yang dipegang lawan-lawan mereka. Jadi para pemimpin baru partai kami menganggap sebaiknya membuang banyak pekerja tua.
Apa keuntungan kami dalam reformasi besar ini? Kami bertiga muda dan energik. Kami warga dengan integritas tak tercela, golongan yang anggotanya tidak banyak di titik genting partai kami saat itu. Lowongan-lowongan tinggi terdapat di dewan-dewannya. Di antara kami, kami bisa berorganisir, berpidato ngalor-ngidul, dan mengelola pekerjaan rinci. Prospek itu menjanjikan pendapatan pribadi berlimpah untuk kami, bahkan di bawah bentuk politik praktis yang dimodifikasi; sebab orde yang sedang lenyap sangat berbau metode begal. Bisnis politik jauh dari selesai. Penyalahgunaan dan penjarahan tak kenal malu mungkin cerita masa lalu, tapi di masa depan kami masih bisa melihat banyak jabatan gemuk, taksiran bulat untuk biaya pemilu yang diperlukan, sumbangan dari para pencari jabatan kaya-raya—singkatnya, patronase, persenan, dan honorarium. Sebuah lowongan bagus memang ada untuk politisi-politisi reformasi—untuk orang-orang jujur seperti kami bertiga. Kami masing-masing punya poin kuat. Mortimer, dengan suara elokusionis dan penguasaan frasa-frasa nyaringnya, bisa memberikan pidato formal mengesankan. Pembawaan tenangnya pasti akan mengundang keyakinan para wajib pajak kuat. Hogan hanya perlu menunjukkan wajahnya di tengah anak-anak untuk memberi mereka kesan yang menguntungkannya. Dan lagu-lagunya, cerita-ceritanya, dan guyon-guyon instannya akan membawanya menuju kesuksesan di mana saja. Hogan pada dasarnya salah satu dari anak-anak itu.
Dua sobatku ini masing-masing berumur sekitar 25 tahun pada waktu itu. Ayah mereka sedikit bosan menafkahi mereka. Mereka sendiri bersedia mengerjakan sesuatu yang tidak terlalu berat. Aku sendiri lima belas tahun lebih tua dari mereka. Saat itu, seperti sekarang, aku lamban mengambil langkah sebelum tahu ke mana itu bakal menuju, tapi aku mencari-cari sesuatu untuk dikerjakan. Demikianlah, situasi berkonspirasi menuntun kami ke dalam politik sebagai rekanan.
Judul asli | : | So the World Goes: Partners in Politics<i=1jfNM8jOav07tKu6IOhfzt1YyP2opszc4 445KB>So the World Goes: Partners in Politics (1898) |
Pengarang | : | James William Sullivan |
Penerbit | : | Relift Media, November 2024 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Memoir |