Skip to content
Yahudi: Bangsa atau Agama, Memahami Penafsiran Ortodoks, Reformasi, Zionis – Relift Media

Yahudi: Bangsa atau Agama, Memahami Penafsiran Ortodoks, Reformasi, Zionis Bacaan non-fiksi politik

author _Claude Goldsmid Montefiore_; date _1900_ genre _Politik_; category _Pidato_; type _Nonfiksi_ Seluruh masalah hubungan ras, agama, dan negara dengan satu sama lain telah menjadi lebih sulit dan mencolok dalam tahun-tahun belakangan. Bagi orang-orang Yahudi sendiri, perkara ini terutama mendesak dan ruwet. Kita nampaknya dipisahkan dari orang-orang lain oleh palang ganda. Aku harap ada suatu alasan memuaskan, yang tidak dijelaskan kepadaku atau jelas bagiku, mengapa aku diberi kehormatan menjadi Presiden Jewish Historical So­ciety untuk tahun mendatang. Aku percaya itu bukan karena ketiadaan penstudi sejarah yang serius di barisan kalian; aku juga percaya itu bukan untuk mencaritahu apa pendapat seseorang yang tak paham sejarah mengenai Pidato Pengan­tar. Intinya, apapun alasannya, tawaran itu diberikan; otori­tas dan kekuatan, yang wewenangnya tidak dapat disangkal, memerintahkan agar itu diterima, dan karenanya segera timbul pertanyaan, “Apa yang akan kukatakan di upacara Pelantikan ini?” Aku ingat sebuah komentar sambil lalu yang pernah di­katakan kepadaku oleh mendiang Prof. Graetz, yang bilang bahwa sejarah Yahudi adalah yang paling rewel di antara semua sejarah, sebab itu menuntut pengetahuan bagus dan cukup tentang sebagian besar sejarah lain dan tentang seba­gian besar bahasa, entah itu [bahasa] yang hidup atau sudah mati. Dapat ditambahkan bahwa studi filosofis terhadap sejarah Yahudi membutuhkan, sebagai latar dan tafsirannya, studi terhadap filsafat sejarah. Sebagai contoh, hubungan ras, agama, dan negara dengan satu sama lain; pertumbuhan dan perubahan ide-ide seperti patriotisme dan kewarga­negaraan—subjek-subjek penting ini mesti pertama-tama dipelajari secara umum, dan kemudian digambarkan dengan sejarah Yahudi, seraya akhirnya, membalik urutan, kesim­pulan-kesimpulan yang didapat dari pergantian nasib sebuah bangsa mesti diuji dengan pelajaran dan deduksi sejarah universal. Anomali aneh bahwa penstudi sebuah ras kecil dan ter­asing harus, boleh dibilang, menjelma menjadi penstudi sejarah universal adalah biar bagaimanapun selaras dengan anomali-anomali posisi Yahudi secara keseluruhan. Kaum Yahudi bisa menjadi subjek renungan-renungan yang sangat aneh dan beragam! Renungan-renungan itu tampaknya men­cakup banyak sekali kontradiksi aneh! Ambil poin utama. Di sini kita memiliki sebuah ras dengan agamanya sendiri—persis sebagaimana di dunia kuno. Tapi di sini kita kita memiliki sebuah ras yang para anggotanya hidup sebagai warga di banyak negara, yang dengan penduduknya mereka tak memiliki kaitan etnografis, dan yang memelihara dogma khas modern bahwa kredo dan kewarganegaraan tidak harus dan tidak mesti bertepatan. Dengan demikian, di satu sisi kaum Yahudi tampak seperti peninggalan anakronistik per­adaban Romawi; di sisi lain, jika mereka hendak hidup di Eropa sama sekali, pasti sebagai penganut dan berdasarkan ide-ide yang baru familiar atau bahkan cocok bagi bangsa-bangsa Barat setelah pergolakan Revolusi Prancis. Ketika kita beralih dari kaum Yahudi ke Yudaisme, dari ras ke kredo­nya, kontradiksi dan kombinasi apa yang tidak kita temukan pula di sini! Sebab di sini pun kita memiliki yang lama dan yang baru, yang kuno dan yang modern. Ada hukum-hukum atau adat-istiadat yang merefleksikan dan memelihara keanehan-keanehan religi zaman prasejarah, tapi di saat yang sama ada monoteisme dan rasionalisme yang selaras, bahkan sejak awal, dengan nada dan watak dunia modern. Adalah konsisten dengan kekuatan-kekuatan berlawanan di dalam Yudaisme dan ras Yahudi bahwa akhir-akhir ini kita melihat retakan baru dan partai baru. Sebab Yudaisme memiliki begitu banyak segi, dan ras Yahudi memiliki begitu banyak anomali, sehingga beranekaragam penafsiran adalah wajar dan probabel belaka. Alhasil sekarang kita memiliki penafsiran Zionis dan partai Zionis, yang menemukan rekrut dari semua partai terdahulu, dan juga menemukan lawan dari semua partai terdahulu. Sulit, kata pepatah lama Yunani, sulit adalah kebaikan. Bukan dalam ketidaksetiaan kepada Yudaisme, tapi sebalik­nya sebagai penganut, aku memberanikan diri untuk berkata bahwa jika orang jujur dan berpandangan jernih mendapati salah satu penafsiran atau posisi—posisi ortodoks, posisi reformasi, posisi Zionis, posisi asimilasi besar-besaran—sa­ngat mudah dan memadai, entah secara teoritis atau praktis, berarti dia berpikir sedikit sekali tentang seluruh subjek ini, atau (aku memberinya manfaat alternatif yang adil) dia ber­pikir sangat banyak. Bukan saja abad ini berlalu di tengah kesusahan dan kese­dihan yang sangat menghimpit dan memilukan untuk ras Yahudi, bukan saja prospek aktual penuh dengan kecemasan dan kesuraman, tapi juga, dari apa yang kunamakan sudut­pandang teoritis, situasi dan lingkungan digelapkan oleh kebingungan dan keraguan. Doktrin-doktrin yang tampak mapan sedang kembali diangkat atau diserang. Kesimpulan-kesimpulan yang tampak pasti sedang dipertanyakan lagi. Ada kekambuhan aneh nasionalisme picik, dan di kekaisaran terbesar Eropa masih sedang dilakukan upaya gigih untuk menghasilkan kebertepatan agama, bahasa, dan ras secara sempurna di antara warganya. Seluruh masalah hubungan ras, agama, dan negara dengan satu sama lain telah menjadi lebih sulit dan mencolok dalam tahun-tahun belakangan. Bagi orang-orang Yahudi sendiri, perkara ini terutama mendesak dan ruwet. Kita nam­paknya dipisahkan dari orang-orang lain oleh palang ganda: kita berasal dari ras lain dan juga dari kredo lain. Kredo dan ras bertepatan. Tak seorangpun dari kredo kita yang bukan dari ras kita. Oleh karenanya, keterasingannya tampak sem­purna; penghalangnya terlalu besar untuk dipatahkan selu­ruhnya. Lain lagi, sementara seluruh Eropa adalah Kristiani secara nama dan perbedaan-perbedaan keagamaannya ada­lah perbedaan di dalam batas Kristen, orang-orang Yahudi berdiri di luar batas itu dan menganut apa yang disebut agama non-Kristen. Lebih lanjut, Kristen, meski berasal dari timur, telah menjadi teroksidentalisasi/terbaratkan, sedang­kan Yudaisme, demikian kata teman-teman dan musuh-musuh kepada kita, dulu dan kini dan nanti pasti selalu meru­pakan kredo oriental/timur pada dasarnya. Alhasil, pasti ter­dapat ketidakcocokan dan kontradiksi dalam hidup kita sen­diri, lantaran hari kerja Barat kita akan berbenturan dengan akidah timur kita, padahal kehidupan manusia semestinya merupakan kesatuan harmonis, di mana kredo dan kewarga­negaraan beraksi dan bereaksi dalam keserasian sempurna terhadap satu sama lain; atau akidah dan ras akan terlalu kuat untuk kewarganegaraan, dan dalam jangka panjang oksidentalisme/kebaratan dangkal kita akan menjadi mus­tahil untuk kita sendiri dan menjadi masalah untuk tetangga kita. Sungguh ada banyak kesulitan serius, dan jalan keluar paling mudah mungkin belum tentu yang paling benar atau paling baik.
Judul asli : Nation or Religious Community?<i=1WD8dAoDanDUzGHD9LhDNogdpTJFuktMg 317KB>Nation or Religious Community?
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, September 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Yahudi: Bangsa atau Agama, Memahami Penafsiran Ortodoks, Reformasi, Zionis

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)