Istilah “ras” dipakai oleh cendekiawan-cendekiawan penting Yahudi tanpa sungkan, sementara sebagian lagi, yang memegang pandangan dari Jerman bahwa kaum Yahudi adalah cabang dari ras Semitik dan bukan merupakan ras tersebut, puas dengan istilah “bangsa”.
Artikel ini dirancang untuk memberi pembaca informasi menyangkut pemikiran orang Yahudi tentang dirinya sendiri, berkenaan dengan ras, agama, dan kewarganegaraan. Dalam artikel lalu kita melihat pemikiran yang hendak ditanamkan oleh wakil-wakil Yahudi dalam pikiran Gentil mengenai perkara ini. Komite Senat yang hendak diyakinkan terdiri dari para Gentil. Saksi-saksi yang hendak meyakinkan adalah orang-orang Yahudi.
Senator Simon Guggenheim berkata: “Tidak ada yang namanya ras Yahudi, sebab itu adalah agama Yahudi.”
Simon Wolf berkata: “Poin yang kita buat adalah ini, bahwa Ibrani atau Yahudi hanyalah sebuah agama.”
Julian W. Mack berkata: “Apa manfaatnya bagi siapapun, menggolongkan mereka sebagai orang Yahudi hanya karena mereka menganut agama Yahudi?”
Maksud kesaksian ini adalah untuk membuat orang-orang Yahudi digolongkan di bawah beranekaragam nama kebangsaan, misalnya Polandia, Inggris, Jerman, Rusia, atau apapun itu.
Nah, ketika penanya beralih kepada para juru bicara otoritatif Yahudi yang berbicara bukan kepada Gentil tapi kepada orang-orang Yahudi tentang perkara ini, dia menemukan jenis kesaksian yang sama sekali berbeda. Beberapa kesaksian ini akan disajikan sekarang.
Pembaca harus mencamkan bahwa, berhubung seri ini ditulis bukan untuk hiburan, tapi untuk mengajarkan fakta-fakta sebuah Persoalan yang sangat vital, artikel ini akan bernilai hanya bagi mereka yang ingin tahu sendiri apa unsur-unsur dasar dari perkara ini.
Mesti pula diamati selama membaca kesaksian berikut bahwa kadang digunakan istilah “ras”, kadang istilah “bangsa”. Dalam setiap kasus, diakui bahwa orang Yahudi adalah anggota sebuah kaum terpisah, tanpa mempertimbangkan agamanya.
Pertama, mari kita pertimbangkan kesaksian yang melarang kita menganggap istilah “Yahudi” sebagai semata-mata nama anggota sebuah badan keagamaan saja.
Louis D. Brandeis, Hakim Mahkamah Agung AS dan pemimpin dunia gerakan Zionis, berkata:
“Dewan-dewan Rabbi dan lain-lain kadang-kadang berusaha mendefinisikan bahwa orang-orang yang dapat dianggap Yahudi hanyalah mereka yang diakui menganut keyakinan ortodoks atau reformasi. Tapi sehubungan dengan bagaimana kita menganggap istilah tersebut, bukanlah wewenang lembaga Yahudi apapun—atau bahkan semua orang Yahudi secara kolektif—untuk menetapkan definisi yang efektif. Makna kata ‘Yahudi’ dalam istilah ‘Persoalan Yahudi’ harus diterima sebagai sama luasnya dengan disabilitas-disabilitas yang harus kita singkirkan... Disabilitas-disabilitas itu meluas secara substansial ke seluruh darah Yahudi. Disabilitas-disabilitas itu tidak berakhir dengan pembuangan keyakinan, betapapun tulus... Terlepas dari meditasi para pundit atau dekrit dewan-dewan, naluri dan tindakan kita sendiri, dan orang-orang lain, telah mendefinisikan untuk kita istilah ‘Yahudi’.” (“Zionism and the American Jews”)
Pdt. Tn. Morris Joseph, West London Synagogue of British Jews: “Israel tentu sebuah bangsa besar... Kata ‘Israel’ sendiri membuktikannya. Sekte atau komunitas keagamaan belaka tidak bisa menyandang secara pantas nama sebesar itu. Israel diakui sebagai sebuah bangsa oleh mereka yang melihatnya; tak seorangpun bisa salah mengiranya sebagai sebuah sekte belaka. Untuk mengingkari kebangsaan Yahudi kau harus mengingkari eksistensi orang Yahudi.” (“Israel a Nation”)
Arthur D. Lewis, West London Zionist Association: “Ketika beberapa orang Yahudi mengatakan bahwa mereka menganggap kaum Yahudi sebagai sekte keagamaan, seperti Katolik Roma atau Protestan, mereka biasanya tidak tepat menganalisa dan mendeskripsikan perasaan dan sikap mereka sendiri... Jika seorang Yahudi dibaptis, atau, tentunya bukan hal yang sama, tulus berkonversi ke Kristen, tidak banyak orang menganggapnya sebagai bukan lagi Yahudi. Darahnya, temperamennya, dan kekhasan spiritualnya tidak berubah.” (“The Jews a Nation”)
Bertram B. Benas, barister: “Entitas Yahudi, pada hakikatnya adalah entitas sebuah Kaum. ‘Bani Israel’, ‘kaum Yahudi’, ‘kaum Ibrani’—semua istilah yang dipakai untuk menunjuk orang-orang Yahudi mengandung sebuah makna historis secara khusus, dan tak satupun dari istilah-istilah ini telah digantikan secara meyakinkan oleh istilah sektarian murni. Dunia luar tak pernah sepenuhnya menganut pandangan bahwa orang-orang Yahudi merupakan sebuah denominasi eklesiastik belaka...” (“Zionism—The National Jewish Movement”)
Leon Simon, seorang cendekiawan dan penulis cemerlang dan hebat Yahudi, melakukan studi penting terhadap persoalan “Agama dan Kebangsaan” dalam volumenya, “Studies in Jewish Nationalism”. Dia membuktikan argumen untuk dalil bahwa Agama kaum Yahudi adalah Nasionalisme, dan bahwa Nasionalisme adalah bagian integral dari Agama mereka.
“Bahkan sering dikatakan Yudaisme tidak memiliki dogma. Pernyataan itu tidak benar sebagaimana kenyataannya.” Dia lantas menyatakan beberapa dogma, dan melanjutkan, “Dan Abad Mesianik bagi orang Yahudi bukan berarti semata-mata penegakan perdamaian di bumi dan itikad baik kepada manusia, tapi pengakuan universal terhadap orang Yahudi dan Tuhan-nya. Itu adalah penegasan lain akan kelanggengan bangsa tersebut. Dogma-dogma seperti ini bukan sekadar pasal-pasal keimanan sebuah gereja, yang ke dalamnya siapapun dapat masuk dengan menerimanya; dogma-dogma ini adalah kepercayaan sebuah bangsa tentang masa lalunya sendiri dan masa depannya sendiri.” (hal. 14)
“Sebab Yudaisme tidak memiliki pesan penyelamatan untuk jiwa individu, sebagaimana Kristen miliki; semua idenya terikat dengan eksistensi bangsa Yahudi.” (hal. 20)
“Ide bahwa kaum Yahudi adalah sebuah sekte keagamaan, sejajar dengan Katolik dan Protestan, adalah omong-kosong.” (hal. 34)
Graetz, sejarawan besar kaum Yahudi, yang karya monumentalnya menjadi narasumber standar, mengatakan bahwa sejarah kaum Yahudi, bahkan sejak mereka kehilangan Negara Yahudi, “masih memiliki karakter kebangsaan; itu sama sekali bukan semata-mata sebuah kredo atau sejarah gereja... Sejarah kita sama sekali bukan semata-mata tarikh peristiwa kesusasteraan atau sejarah gereja.”
Moses Hess, salah seorang tokoh bersejarah yang melaluinya seluruh Program Yahudi mengalir dari sumber-sumber kunonya ke agen-agen modernnya, menulis sebuah buku berjudul “Rome and Jerusalem” di mana dia menyatakan seluruh perkara ini dengan lugas dan kuat.
“Agama Yahudi,” katanya, “adalah, terutama sekali, patriotisme Yahudi.” (hal. 61)
Judul asli | : | Jewish Testimony on “Are Jews a Nation?”<i=1KXfPsZEVIi1IuRKoqlW4tw_gTLEGkBIC 499KB>Jewish Testimony on “Are Jews a Nation?” (1920) |
Pengarang | : | Henry Ford |
Penerbit | : | Relift Media, September 2024 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |