Skip to content
Patriotisme Bani Israel – Relift Media

Patriotisme Bani Israel Bacaan non-fiksi politik

author _John Poucher_; date _1894_ genre _Politik_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Patriotisme demikian sangat agung. Itu rentan menjadi picik dan tak kenal kompromi, tapi itu menghasilkan pemeliharaan permanensi ras yang khas, dan itu menghadirkan ke hadapan dunia contoh sebuah bangsa yang agamanya dianggap sebagai fitur praktis dan esensial dalam politi sipilnya. Cinta ras dan negara, sebagai salah satu kebajikan pa­ling terpuji, sangat dibudidayakan di kalangan bani Israel. Jarang ditemukan patriotisme yang lebih hebat dari­pada yang diungkapkan dalam Mazmur 137 di mana sang penyair mempersumpahkan pengabdian total kepada tanah kelahiran sampai semua organnya berhenti berfungsi, dan menjanjikan permusuhan tak terukur dan mematikan kepada para penindas dan musuh negaranya. Bahkan Saul dari Tarsus yang di-Kristen-kan, yang dibebaskan melalui kontak dengan budaya Yunani dan menikmati hak-hak prerogatif kewarganegaraan Romawi yang menimbulkan rasa iri, bakal berangan-angan dirinya adalah anatema dari Kristus demi saudara-saudaranya, sanak-sanaknya menurut daging. Pe­ngarang terampil Surat Kepada Orang Ibrani tahu betul contoh-contoh apa yang harus dikutip untuk membangkitkan antusiasme para konvert Yahudi yang sedang surut terhadap semangat membara dalam dada setiap keturunan Yakub. Sungguh menyala-nyala kategori patriot yang meliputi Gideon, Barak, Samson, Yefta, Samuel, Daud, nabi-nabi, kaum Makabe, dan lain-lain yang impuls penginspirasinya adalah keyakinan yang sama yang menjadi esensi Kristen vital. Dalam semua periode sejarah sakral, gagasan-gagasan paling berlebihan tentang supremasi bani Israel terus-mene­rus digalakkan dan disuguhkan, sehingga eksklusivitas dan bigotri tidak terbatas pada pandangan keagamaan umat pili­han tersebut, tapi sama-sama menonjol dalam hubungan internasional mereka. Benih-benih doktrin Mesianik mengenai kerajaan Tuhan ditabur di tanah yang disiapkan dengan baik untuk memper­kecambahkan dan menghasilkan semangat kesetiaan teguh kepada Kristus sang Kepala Agung Gereja. Banyak sebab berkontribusi pada keadaan ini. Sebuah kaum istimewa pasti akan dimusuhi dan dipersekusi, dan tentangan orang lain melalui pengaruh refleks akan meng­uatkan semangat kebangsaan mereka sendiri. Bentuk unik agama mereka, yang berjalin sepenuhnya dengan urusan kehidupan sekuler dan sipil dan tak memperkenankan kom­promi dengan kemusyrikan tetangga mereka, pemelihara­annya bergantung pada budidaya patriotisme ras. Tradisi-tradisi mereka cenderung membesarkan dan mengembang­kan sentimen ikatan kepada tempat yang mereka yakini kuat ditunjuk oleh Jehovah sendiri. Pembelian Gua Makhpela dan penguburan leluhur awal di sana dengan sedikit tak nyaman bakal memiliki efek yang sama dengan khotbah Petrus sang Petapa dan lain-lain untuk penyelamatan Makam Kudus dari orang-orang Saracen. Sentralisasi ibadah di Yerusalem atau Bethel menarik motif paling tak terkalahkan dalam per­juangan untuk mempertahankan atau mendapatkan kembali tempat-tempat yang disucikan. Pemilikan tanah secara ke­sukuan yang dalam kondisi apapun tidak boleh hilang, kecuali karena pengkhianatan, dan pelangsungannya ber­gantung pada kesetiaan beragama, telah selama berabad-abad memancangkan sebuah keinginan tak terhilangkan un­tuk tinggal lagi di Tanah Suci. Sunat/khitan, yang berfungsi membedakan kaum ini dari kaum pagan dan untuk mem­batasi jumlah populasi, menonjolkan mereka sebagai sebuah ras dan menjadikan mereka benar-benar perlu bekerjasama. Semasa periode-periode heroik sejarah bangsa tersebut, di kerajaan utara maupun selatan, jabatan nabi secara khas dilaksanakan untuk melatih kaum itu dalam prinsip-prinsip patriotisme murni. Mereka yang memegang tugas ilahi ini mengaku pecinta negara, dan tujuan mereka dalam setiap usaha reformasi adalah kesejahteraan badan politik. Mereka tampak tak memikirkan ide lain selain bahwa solusi masalah penyakit materil mereka sendiri dan seluruh bumi akan di­temukan dalam pendirian pemerintahan bani Israel. Lebih jauh, ideal mereka akan bangsa adalah bahwa itu eksis untuk kebaikan warganya dan bukan untuk pengagu­ngannya sendiri, dan karenanya, jika pemerintahan umum di­tegakkan, individu akan bahagia, dan sebaliknya, jika setiap orang bani Israel setia, komunitas akan makmur. Dalam banyak sekali kasus, pesan mereka dialamatkan kepada para penguasa di gereja atau negara, sebagian besar karena, saat itu dan juga di masa belakangan, tampaknya sejarah diisi ter­utama oleh perbuatan pejabat publik ketimbang oleh seluk-beluk kehidupan inkonvensional. Bukan wewenang artikel ini untuk mendeskripsikan metode usaha nabi, melainkan untuk menunjukkan bahwa jabatannya, yang dianggap secara umum eklesiastik, dijalankan di atas landasan patriotis pada hakikatnya. Semangat evangelis, dalam bentuk terbatas tentunya, tak salah lagi ditampilkan dalam banyak ucapan mereka, tapi jika penebusan seluruh dunia, sebagaimana kita pahami kerja tersebut, sampai memasuki pikiran mereka, mereka pasti percaya bahwa itu bisa diselesaikan hanya me­lalui perluasan otoritas Ibrani. Bahkan, ciri esensial Mesia­nisme Yahudi, yang perkembangannya banyak berutang pada kenabian, terletak dalam fakta bahwa putera David/Daud mendatang akan menjadi penguasa lunak untuk kebaikan dan kehormatan semua benih setia. Jika tribunus Romawi adalah pembela hak-hak sipil, lebih-lebih lagi nabi Ibrani.
Judul asli : The Israelite View of Patriotism<i=1rRhEFmCay0cBqbA3n3mPMzKmK5OX4lZb 326KB>The Israelite View of Patriotism
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, September 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Patriotisme Bani Israel

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)