Dia hanya percaya kepada arwah-arwah sebagai bentuk kehidupan manusia atau (kehidupan binatang). Maka kita harus menganggapnya memiliki kepercayaan kepada kekuatan arwah, tapi kita tidak dapat menyiratkan bahwa kepercayaan ini melibatkan pula kepercayaan kepada suatu kekuatan yang bukan milik manusia.
Kini sudah seabad penuh sejak cendekiawan Jerman Meiners mengatakan bahwa siapapun yang menulis tentang sejarah agama mesti terlebih dahulu mendefinisikan agama. Sir John Lubbock sudah berulangkali dikutip sebagai narasumber untuk pernyataan bahwa ada suku-suku dan ras-ras yang tidak memiliki agama, tapi meski tema Lubbock memang non-universalitas agama, dia tetap mengatakan lagi dan lagi bahwa suku anu dan anu tidak memiliki agama dalam pengertian kata agama yang sebenarnya, atau bahwa mereka memiliki hanya apa yang dapat disebut agama. Dengan kata lain, hasil investigasi Lubbock sederhananya adalah bukti bahwa ide Lubbock akan agama tidaklah universal. Di sisi lain, E. B. Tylor menunjukkan bahwa agama yang didefinisikan oleh dirinya adalah universal. Tidak sulit untuk menunjukkan bahwa pernyataan umum Lubbock, sebagaimana biasa ditafsirkan, tidaklah tepat. Hanya dengan melakukan pembedaan artifisial antara agama dan takhayul kita bisa mempredikatkan ketidakberagamaan suatu kelompok sosial. Di setiap tempat manusia memiliki suatu jenis bahasa dan agama. Direduksi ke ungkapan terendahnya, agama masih mengandung dua elemen, kredo dan tindakan yang ditimbulkan olehnya, kepercayaan dan kultus. Kepercayaan bisa saja sesamar-samarnya, kultus bisa saja tidak lebih dari aksi ketakutan berlandaskan kepercayaan; tapi, sebagaimana tidak ada kultus tanpa kepercayaan (sekurangnya di kalangan orang-orang tak beradab), begitu pula tidak ada kepercayaan keagamaan tanpa aktivitas sebanding. Aktivitas ini, lagi-lagi, harus dikorelasikan dengan dugaan tuntutan-tuntutan objek kepercayaan, dan dengan demikian, pendek kata, menjadi agamawi sama dengan menyelaraskan kehidupan manusia dengan kehidupan manusia super, di mana kepercayaan selalu terimplikasikan.
Tapi meski di sini aku sudah menjadikan manusia super sinonim dengan spiritual, sebagaimana biasa dilakukan, tetap ada pertanyaan apakah kepercayaan kepada spiritual memang merupakan kepercayaan pada manusia super, dan jika tidak, apakah kepercayaan pada entitas/makhluk spiritual semestinya dianggap sebagai sama dengan kepercayaan pada entitas/makhluk manusia super. Pada 1885, Gruppe mengumumkan pandangan bahwa manusia secara fitrah adalah tak beragama, dan bahwa semua agama, seperti percetakan, menyebar dari satu atau dua pusat, di mana pusat utamanya adalah tempat lahir Semitik semua agama. Ke seluruh dunia yang sebelumnya tak memilikinya, gagasan-gagasan keagamaan menyebar, di satu sisi, ke India, Timur jauh, dan akhirnya ke Amerika; dan di sisi lain, ke Yunani dan Eropa; yang awalnya bermula dari seorang Semit mabuk. Si Semit ini pertama-tama mabuk, dan, dalam kondisi mabuk, menganggup dirinya seorang tuhan/dewa. Kemabukan adalah ritus keagamaan pertama. Beberapa etnolog yang percaya bahwa manusia Sub-Arktik datang tanpa agama ke Selatan lebih menyukai ide ini, tapi berdasarkan apa yang kita tahu hari ini terkait agama-agama barbar, teori Gruppe rasanya terlalu mentah untuk dibahas serius. Menurut Lubbock, “Jika ketakutan takhayul dan kesadaran bahwa makhluk-makhluk lain menghuni dunia adalah agama, maka tidak ada ras tanpa agama.” Tapi apakah ketakutan takhayul dan kepercayaan kepada “makhluk-makhluk lain” mengimplikasikan kepercayaan kepada manusia super?
Ini adalah pertanyaan penting, sebab ketakutan dan kepercayaan inilah yang sering dieksploitasi sebagai argumen untuk mendukung ide-ide keagamaan bawaan universal, padahal tentu saja tidak ada universalitas agama dalam pengertian teistik atau deistik sebagaimana tidak ada dalam pengertian Kristen.
Judul asli | : | The Universality of Religion<i=1yjUTRchxVNvkX9OX72mDAM3e75ZlzcCm 275KB>The Universality of Religion (1904) |
Pengarang | : | E. Washburn Hopkins |
Penerbit | : | Relift Media, Agustus 2024 |
Genre | : | Filsafat |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |