Skip to content
Apakah Umat Manusia Bersaudara? Bukti-bukti Kebhinnekaan Adam dan Hawa: Beda Ras, Beda Adam – Relift Media

Apakah Umat Manusia Bersaudara? Bukti-bukti Kebhinnekaan Adam dan Hawa: Beda Ras, Beda Adam Bacaan non-fiksi sains

author _Louis Agassiz_; date _1850_ genre _Sains_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Apakah perbedaan-perbedaan yang kita lihat di kalangan ras-ras berbeda yang eksis saat ini dihasilkan dalam jalannya perbanyakan dan penyebaran manusia di muka bumi, atau apakah perbedaan-perbedaan ini primitif, independen dari sebab-sebab fisik? Dalam komentar-komentar berikut, penulis tidak ber­niat memulai perdebatan dengan orang-orang yang berselisih darinya terkait persoalan ini. Tujuannya adalah semata-mata membuat pernyataan yang dia yakini akan memajukan pengetahuan kita tentang poin-poin yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam penyelidikan asal-muasal semua ras-ras manusia yang kita tak punya tradisi atau informasi langsung apapun tentang penempatannya di negara-negara yang sekarang mereka diami. Namun, ada satu hal yang harus kita waspadai. Maksud kami adalah tuduhan yang begitu sering dilayangkan pada kami, dan ke­beratan terhadap usaha-usaha kami terkait subjek ini, bahwa kami berusaha merusak kitab-kitab suci kita, mengurangi nilai mereka, dan menyusutkan karakter suci mereka dalam opini manusia. Kami dengan sangat tegas menyatakan kami tidak akan menghiraukan, ataupun menjawab, baik secara langsung atau tak langsung, sindiran semacam itu terhadap kami. Sebab jika sindiran-sindiran dari pihak yang mengemu­kakannya itu sungguh-sungguh, berarti semua sindiran ter­sebut menampakkan kejahilan akan pandangan kami sehing­ga kami tak perlu repot-repot menjawab tuduhan-tuduhan yang tidak berkaitan dengan opini aktual kami, dan kami mungkin akan berkata, dan bangga memiliki hak untuk ber­kata, bahwa kami tidak menganggap dia sebagai lawan yang layak yang tidak tahu seperti apa pandangan kami mengenai subjek-subjek ilmiah, padahal pandangan-pandangan terha­dap persoalan yang sedang dibahas ini sudah muncul dalam karya penulis tentang Fossil Fishes, yang diterbitkan hampir sepuluh tahun lalu, dan sudah dikembangkan lebih lengkap dalam beberapa karya dan makalah lain yang dia terbitkan sejak saat itu. Dan, di sisi lain, jika tuduhan-tuduhan ini tidak sungguh-sungguh, maka semua tuduhan itu akan ditinggal­kan oleh para pembuatnya, begitu mereka merasa nyaman untuk mengambil jalan lain. Para penyelidik alam punya hak untuk menganggap per­soalan-persoalan yang timbul dari relasi fisik manusia seba­gai persoalan ilmiah belaka, dan untuk menyelidikinya tanpa memandang politik atau agama. Ada dua persoalan berbeda dalam subjek yang sedang kita bahas—Kesatuan Umat Manusia dan Kebhinnekaan Asal-Muasal Ras-ras Manusia. Mereka adalah dua persoalan ber­beda, hampir tak berkaitan dengan satu sama lain, tapi terus-menerus bercampuraduk seolah mereka satu saja. Kita mengakui fakta Kesatuan Umat Manusia. Itu mem­bangkitkan perasaan yang mengangkat manusia ke kesada­ran paling tinggi yakni pertalian mereka dengan satu sama lain. Itu tiada lain adalah cerminan fitrah Ilahi yang merem­besi esensi mereka. Karena manusia merasa bertalian dengan satu sama lain inilah mereka mengakui kewajiban-kewajiban berupa kebaikan dan tanggungjawab moral yang terletak pada diri mereka dalam relasi satu sama lain. Dan karena punya perasaan bawaan inilah mereka mampu berga­bung dalam perhimpunan-perhimpunan biasa dengan semua afinitas sosial dan domestiknya. Perasaan ini menyatukan orang-orang dari beranekaragam wilayah. Apa kita berhenti mengakui kesatuan umat manusia ini karena kita bukan dari keluarga yang sama?—karena kita berasal dari bemacam-macam negara, dan dilahirkan di Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, Swiss? Ketika pertalian darah berhenti, apakah kita berhenti mengakui ikatan umum yang menyatukan semua orang dari setiap bangsa? Sama sekali tidak. Ini adalah ikat­an yang setiap orang semakin rasakan seiring dia semakin maju dalam kultur intelektual dan moralnya, dan yang dalam perkembangan ini terus-menerus ditempatkan pada landa­san semakin tinggi—sampai-sampai pertalian fisik yang tim­bul dari silsilah yang sama akhirnya terluputkan sepenuhnya dalam kesadaran akan kewajiban moral yang lebih tinggi. Kesadaran inilah yang membentuk kesatuan sejati umat manusia. Tapi kita kurang begitu tahu menyangkut asal-usul pasa­ngan manusia pertama itu yang kepadanya ras kulit putih di­rujuk, sehingga, jikapun mungkin untuk menunjukkan bahwa semua manusia berasal dari satu pasangan tersebut, ahli alam akan tetap diharuskan berjerih-payah untuk menerang­kan lebih jelas proses penciptaan mereka, sebagaimana ahli geologi lakukan mengenai pembentukan dan perubahan kondisi fisik bumi kita. Kita kurang begitu tahu menyangkut kemunculan pertama makhluk-makhluk terorganisir secara umum, sehingga, jikapun tak ada keraguan perihal asal-usul manusia, kita bakal tetap menyelidiki metode asal-usul pasa­ngan manusia pertama itu, yang telah dianggap sebagai sum­ber diakui yang darinya seluruh umat manusia lahir, meski mungkin mereka bukan satu-satunya sumber. Penyelidikan ini, terhadap cara-cara alam, terhadap cara-cara Pencipta, dan terhadap keadaan penciptaan makhluk-makhluk terorganisir, adalah persoalan yang sama sekali tak berkaitan dengan agama, sepenuhnya tergolong pada depar­temen sejarah alam. Tapi, di saat yang sama, kami menyang­kal bahwa, dalam pandangan yang kami ambil terhadap per­soalan-persoalan ini, ada sesuatu yang berkontradiksi de­ngan rekaman dalam Kitab Kejadian. Apapun yang dikatakan di situ bisa dijelaskan paling baik dengan merujuknya pada ras-ras historis. Kita tak punya laporan mengenai asal-usul para penghuni yang sekarang ditemukan di wilayah-wilayah dunia yang tak dikenal oleh bangsa-bangsa kuno. Apakah kita menemukan dalam bagian manapun dari Injil-injil perujukan kepada para penghuni zona arktik, Jepang, China, New Holland, atau Amerika? Nah, sebagai filsuf, kita bertanya, “Dari mana bangsa-bangsa ini berasal?” Dan jika kita sampai menemukan sebuah jawaban, bahwa mereka tidak berkerabat dengan Adam dan Hawa, dan bahwa mereka memiliki asal-usul independen, dan jika ini sampai diperkuat oleh bukti fisik, akankah ada sesuatu yang berten­tangan dengan pernyataan-pernyataan dalam Kitab Keja­dian? Kita tak punya naratif tentang bagaimana wilayah-wilayah ini didiami. Oleh karenanya, kita katakan bahwa, sejauh penyelidikan akan meliputi ranah tersebut, ini tak ada kaitan dengan Kitab Kejadian. Kita menjumpai semua kebe­ratan sekaligus, kita berani menghadapinya; sebab tidak ada ketidakpantasan dalam mempertimbangkan semua makna potensial dari Injil-injil, dan tak seorangpun boleh keberatan terhadap arah semacam itu kecuali mereka yang agamanya adalah pemujaan buta kepada konstruksi Alkitab mereka sendiri. Pandangan-pandangan yang dimajukan di sini sudah dituduh cenderung mendukung perbudakan; seolah persoa­lan ini dalam relevansinya yang paling luas tidak melibatkan asal-usul bangsa China, bangsa Melayu, dan bangsa India, di samping asal-usul ras negro. Jika persoalan perbudakan per­nah terkait dengan ras-ras kulit berwarna di Asia dan Ame­rika, kita bakal mengakui pandangan-pandangan ini memiliki relevansi dengan subjek tersebut. Tapi benarkah begitu? Apakah itu sebuah keberatan yang adil terhadap sebuah penyelidikan filosofis? Di sini kita harus berurusan dengan persoalan asal-usul manusia; biar saja para politisi, biar saja orang-orang yang merasa terpanggil untuk mengatur masya­rakat manusia, menyaksikan apa yang bisa mereka lakukan dengan hasil-hasilnya. Tugas kita adalah memeriksa karak­ter-karakter berbagai ras, memastikan kekhasan fisik me­reka, perkembangan alami mereka. Dan kita tidak melakukan lebih dari yang sudah diupayakan sejak lama, ketika para penulis berencana mencirikan bangsa-bangsa. Karena orang Prancis berbeda dalam banyak hal dari orang Inggris, orang Yunani, orang Italia, dll, dan karena kita melihat pada bangsa-bangsa ini watak yang berbeda-beda, maka apakah derajat peradaban tertentu yang dicapai oleh satu bangsa adalah juga yang terbaik yang bisa dinikmati bangsa-bangsa lain, dan yang terbaik yang bisa dimasukkan ke dalam kondisi sosial mereka? Bagaimanapun, kami menyangkal semua kaitan dengan persoalan apapun yang menyangkut urusan politik. Semata-mata berkenaan dengan kemungkinan untuk memahami perbedaan-perbedaan yang ada di antara beraneka manusia, dan untuk akhirnya menetapkan apakah mereka bermula di seluruh penjuru dunia, dan dalam keadaan apa, semata-mata berkenaan dengan itulah kami di sini mencoba menelusuri beberapa fakta menyangkut ras-ras manusia, dan kerajaan hewan, dalam semua kelas mereka yang berbeda-beda. Kita awali dengan menyatakan bahwa subjek kesatuan dan kemajemukan ras-ras melibatkan dua persoalan berbeda, yakni persoalan kesatuan esensial umat manusia dan perso­alan asal-usul manusia di bumi kita. Ada satu pandangan lain yang dilibatkan dalam persoalan kedua ini, yang tidak akan kita kesampingkan tanpa sedikit komentar. Apakah semua manusia, jikapun kebhinnekaan asal-usul mereka terbuktikan, harus dianggap sebagai tergolong pada satu spesies, atau haruskah kita menyimpulkan ada beberapa spesies berbeda di antara mereka? Anehnya, penulis disalah­pahami dalam hal ini. Karena suatu kali mengatakan bahwa umat manusia merupakan satu spesies, dan kali lain bahwa manusia tidak berasal dari satu leluhur bersama, dia telah dipahami sebagai berkontradiksi dengan dirinya sendiri, sebagai menyatakan satu hal pada suatu kali, dan hal lain pada kali lain. Oleh karenanya dia akan menegaskan pem­bedaan ini, bahwa kesatuan spesies tidak mengimplikasikan kesatuan asal-usul, dan bahwa kebhinnekaan asal-usul tidak mengimplikasikan kemajemukan spesies. Terlebih, apa yang kini kita anggap sebagai ciri khas spesies adalah sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang dulu dianggap demikian. Segera setelah dipastikan hewan-hewan berlainan secara begitu lebar, ditemukan bahwa apa yang merupakan sebuah spesies dalam tipe-tipe tertentu adalah sesuatu yang sangat berbeda dari spesies dalam tipe-tipe lain, dan bahwa fakta-fakta yang membuktikan keidentikan spesies pada beberapa hewan tidak membuktikan keidentikan atau kemajemukan pada sebuah grup lain.
Judul asli : The Diversity of Origin of the Human Races<i=1heKPwWXiUF9W6599k6YvH2vhUDVUq3gh 541KB>The Diversity of Origin of the Human Races
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Juni 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Apakah Umat Manusia Bersaudara? Bukti-bukti Kebhinnekaan Adam dan Hawa: Beda Ras, Beda Adam

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)