Skip to content
Apakah Adam Kulit Putih atau Kulit Hitam – Relift Media

Apakah Adam Kulit Putih atau Kulit Hitam Bacaan non-fiksi sosial

author _Alexander Winchell_; date _1880_ genre _Sosial_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Penulisnya, yang sadar akan pertalian antara bangsa Babilonia dan bangsa Ibrani, mungkin merujuk pada tokoh yang sama sebagaimana pengarang Kitab Kejadian dalam menyebutkan “manusia pertama”. Nyatanya, kutukan Babilonia tiada lain hanya gaung kutukan yang dijatuhkan terhadap Adam Ibrani. Bahwa ras-ras Kulit Cokelat menyusun populasi-popu­lasi yang tersebar luas di Asia dan Eropa pada waktu persebaran anak-cucu Nuh, hal itu tampaknya sebuah ke­simpulan yang terbuktikan tanpa bisa diprotes secara layak. Aku menyangka penilaian para antropolog masih akan meng­umumkan mereka sebagai pra-adamit. Keempat ras Kulit Hitam harus dianggap sebagai pra-nuhit, berdasarkan semua bukti yang menyangkut zaman ras-ras Kulit Cokelat, ber­sama dengan bukti tambahan yang akan kusodorkan bahwa mereka bahkan keturunan pra-adamit. Ketika kita renungkan ras-ras Kulit Hitam dalam ekspresi umum mereka, mereka tampak sangat terpisah dari umat manusia selebihnya. Dalam karakteristik anatomis, fisiolo­gis, dan psikis mereka, kita hampir tak bisa mengatakan bahwa terdapat basis simpati dan keserupaan insani yang mendalam di antara mereka dan kita; tapi ini begitu tertutupi oleh detil-detil menonjol eksistensi dan hidup mereka sam­pai-sampai kesan pertama tetap tidak terhapus, bahwa mereka ini adalah makhluk-makhluk yang praktisnya aneh bagi citarasa kita, mode pemikiran kita, dan fitrah kita. Aku mau mengklaim untuk ras-ras ini semua karakteristik, hak, dan tanggungjawab yang berkaitan dengan umat manusia; tapi aku tidak akan berpura-pura mengabaikan jurang etnis yang memisahkan mereka dari massa umat manusia Nuhit. Tersendiri dalam warna, wajah, dan inteligensia relatif me­reka, mereka juga tersendiri dalam posisi geografis mereka. Terkurung selama tak terhitung berabad-abad di pedalaman benua-benua luas dan tak tertembus, rasanya seolah-olah Alam, yang sadar akan keasingan mereka yang tak terobati, berpuas diri menggembala mereka di kawasan-kawasan di mana mereka takkan pernah berbaur dalam keributan dan perselisihan pergumulan kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketika kita pertimbangkan apa yang sudah umat manusia capai, ras-ras sederhana ini tak pernah memasuki pemikiran kita. Mereka belum menulis sejarah; mereka belum mencapai hasil apapun untuk direkam oleh sejarah. Ribuan tahun hidup mereka sunyi, gelap, dan hampa; tak sedikitpun gema generasi sebelumnya turun kepada pemahaman kita. Jika kita mendengar apapun tentang masa lalu mereka, itu mela­lui studi-studi ras Kulit Putih. Jika kita mengurai misteri migrasi mereka, afinitas mereka, atau asal-usul mereka, itu dengan mempelajari karakter zoologis mereka dan sisa fosil mereka, sebagaimana kita menyelidiki sejarah alami kuda atau babi. Terlepas dari semua yang mereka telah capai, planet ini akan tetap dalam keliaran dan kekasaran Alam. Semua yang telah mereka raih akan sudah meninggalkan benua-benua kita dalam kondisi di mana benua-benua itu adalah rumah Brontotherium, Sivatherium, atau Coryphodon zaman Tersier pertengahan dan awal. Pemutusan yang me­misahkan kebuasan, kelambanan, kelembaman, dan kebodo­han dari energi gigih, intelek mengkilat, dan aspirasi-aspirasi yang menjangkau langit yang telah menjadikan planet kita tempat kediaman peradaban, seni, dan sains, adalah pemu­tusan yang menjangkau ke belakang lebih dari beberapa abad, lebih dari beberapa generasi, dan pasti berawal-mula di abad-abad sangat lampau, dan di percabangan awal aliran-aliran peristiwa yang timbul di zaman kita sendiri. Pendek kata, ras-ras ini pra-adamik.

Adam Seorang Kulit Putih

Aku berasumsi bahwa orang yang dinamai Adam adalah perwakilan sejati ras Kulit Putih. Benar bahwa hampir setiap bangsa mengkonsepsikan manusia pertama sebagai perwa­kilan rasnya sendiri. Narasumber-narasumber terkemuka berpendapat Adam bukanlah orang kulit putih. Eusebius de Salles merepresentasikannya sebagai kulit merah; Prichard meyakininya kulit hitam. Bahkan terdapat sebuah legenda beredar luas bahwa manusia pertama bercorak kulit gelap atau hitam. Jika, sebagaimana sebentar lagi kuargumenkan, suatu ras Kulit Hitam pertama kali mewakili umat manusia di muka bumi, maka ada alasan untuk mengatakan manusia pertama adalah kulit hitam. Dengan begitu, Adam dalam pengertian “manusia pertama” adalah Adam kulit hitam. Bahkan konon ada sebuah lauh di British Museum, dibawa oleh mendiang George Smith, yang padanya terdapat pra­sasti yang memberi wajah aneh pada legenda Adam kulit hitam. Itu adalah prasasti, ditandai “K 3364”, yang berisi keterangan penciptaan manusia oleh dewa Mir-Ku (mahkota mulia). “Untuk menakuti mereka [para dewa], dia mencipta­kan manusia; nafas kehidupan ada di dalamnya. Semoga dia [dewa Mir-Ku] tegak, dan semoga kehendaknya tidak gagal di mulut ras-ras kulit gelap yang diciptakan oleh tangannya.” Ketika manusia kulit gelap ini berdosa, hati dewa Hea marah, dan bapak Elu menjatuhkan kutukan manusia: “Kebijaksana­an dan pengetahuan, semoga mereka melukainya... semoga dia ditaklukkan... tanahnya, semoga itu berbuah dan dia tidak menyentuhnya... keinginannya akan terputus, dan kehendak­nya akan terjawab... pembukaan mulutnya tidak akan diper­hatikan oleh dewa... punggungnya akan patah dan tidak sem­buh... atas kesusahannya yang mendesak, dewa tidak akan menerimanya.” Aku tidak akan menyodorkan terkaan-terkaan terkait makna ini. Itu tampaknya menyiratkan ras pertama adalah “kulit gelap”; tapi ini bisa saja tanpa darah Negro. Dan jika itu bersinggungan dengan ras Negro, kutukannya bisa saja di­tulis setelah ras tersebut mengembangkan bakat perbuda­kannya yang menyedihkan. Namun, sangat mungkin itu ber­singgungan dengan manusia pertama ras Babilonia. Penulis­nya, yang sadar akan pertalian antara bangsa Babilonia dan bangsa Ibrani, mungkin merujuk pada tokoh yang sama sebagaimana pengarang Kitab Kejadian dalam menyebutkan “manusia pertama”. Nyatanya, kutukan Babilonia tiada lain hanya gaung kutukan yang dijatuhkan terhadap Adam Ibrani. Adam yang kita bahas adalah Adam biblikal. Apa status etnis/sukunya? Mari pertama-tama kita simak apa yang ter­ungkap dengan pemeriksaan teks.
Judul asli : Race Distinctions: Adam a White Man<i=1P_Lg876w3CNTMRP-ehiGHhNygQSImLPz 251KB>Race Distinctions: Adam a White Man
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Juni 2024
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Apakah Adam Kulit Putih atau Kulit Hitam

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2024)