Kendati semua manusia, tanpa dibeda-bedakan, dikasihi oleh Tuhan, tapi kasih khusus ditunjukkan kepada bani Israel, yang telah diistimewakan oleh Tuhan di atas semua bangsa lain dan telah menerima banyak tanda cinta-kasih-Nya.
Rabbi Akiba berkata: Manusia dikasihi, sebab dia diciptakan dalam citra Tuhan, tapi kasih tersebut lebih besar lagi yang membuat dia tahu bahwa dirinya diciptakan dalam citra Tuhan, sebagaimana dikatakan, ‘Dalam citra Tuhan Dia menjadikan manusia.’ Israel dikasihi dalam arti mereka disebut anak-anak Tuhan; dan kasih tambahanlah yang membuat mereka tahu bahwa mereka betul-betul disebut anak-anak Tuhan, sebagaimana dikatakan, ‘Kalian adalah anak-anak Allah, Tuhan kalian.’ (Ethics of the Fathers, bab iii, ayat 14)
Tentu saja sang Rabbi terhormat tidak berniat meninggi-ninggikan kemegahdirian kita, ketika dia berulangkali menyebutkan keunggulan bani Israel di hadapan bangsa-bangsa lain; niat sejatinya barangkali tiada lain untuk menyampaikan ini sebagai stimulus agar lebih tekun menunaikan kewajiban-kewajiban kita. Ringkasnya, apa yang dia maksud adalah ini: Orang yang dikaruniai kekayaan, dituntut banyak darinya. Efraim berkata, “Aku menjadi kaya, aku menemukan harta-benda, oleh karenanya usaha-usahaku tidak akan mencukupi untuk menebus dosaku.” (Hosea xii. 8) Dengan demikian sang Rabbi berpendapat bahwa orang yang diutamakan dengan begitu banyak keunggulan dibebani kewajiban untuk awas terhadap perbuatan salah. Begitu perkataan sang Rabbi diselidiki secara mendalam, kita akan menemukan bahwa dia memandang posisi bani Israel dalam tiga hal berbeda:
- 1. Sebagai manusia tanpa memandang kaul keagamaan.
- 2. Sebagai bani Israel, menyangkut budidaya diri.
- 3. Sebagai bani Israel sehubungan dengan bangsa-bangsa lain.
Judul asli | : | Man—the Image of God<i=1Mg3HG5l6RBIpLu0tWxyUBZrnVP5OscC- 358KB>Man—the Image of God (1847) |
Pengarang | : | Joseph Chayyim Caro |
Penerbit | : | Relift Media, Desember 2023 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |