Rusia tidak bisa mengizinkan kebebasan jenis ini. Ia takkan pernah membiarkan anak-anaknya ditarik dari gereja ortodoks dan didaftarkan dalam sekte asing, yang masih mengangkat senjata terhadap bangsa Rusia.
Evangelic Alliance, kata Journal de Genève, selalu menganggap salah satu tugas pertamanya adalah mempertahankan kebebasan beragama dan beribadah di manapun terancam. Alhasil, dalam pertemuan para delegasi Evangelic Alliance yang diselenggarakan di Jenewa pada Agustus 1886, dengan tujuan membentuk Komite Internasional, diputuskan untuk mengirim Pesan kepada Kaisar Rusia, meminta perhatiannya pada pelanggaran prinsip-prinsip kebebasan beragama di Provinsi-provinsi Baltik.
Pesan ini disusun oleh Komite Jenewa dan ditandatangani oleh para anggota utama Evangelic Alliance di Eropa dan Amerika. Di AS, itu ditandatangani oleh William E. Dodge, Presiden cabang Amerika; Dr. Phillip, Yang Terhormat Sekretaris; dan Josiah Strong, Sekretaris Umum. Di antara nama-nama terkenal lain yang dibubuhkan pada dokumen adalah Count von Bernstorff, dari Jerman; LetJen. Field, C. B., dari Inggris; Baron van Wassenær van Catwijck dan Count van Bylandt, keduanya dari Belanda.
Pada saat kunjungan Tsar ke Kopenhagen Agustus lalu, perutusan Evangellic Alliance yang terdiri dari Count de St. George (anggota Komite Jenewa) dan Kolonel Nepveu (delegasi cabang Belanda) menyampaikan Pesan ini. Setelah itu Presiden Sinode Suci, M. Pobedonoszew, ditugasi oleh Kaisar untuk menjawab komunikasi Evangellic Alliance. Jawaban ini sekarang sudah dipublikasikan, dan di bawah kusajikan petikan-petikan utama dari dokumen panjang dan penting ini.
“Tak ada tempat lain di Eropa,” tulis M. Pobedonoszew, yang dapat disebut Menteri Ibadah Publik, “di mana kaul-kaul heterodoks, dan bahkan mereka yang bukan Kristen, menikmati kebebasan sesempurna di Rusia, yang bangsanya, berdasarkan fitrah mereka, menaruh rasa hormat setinggi-tingginya pada setiap keyakinan keagamaan. Tapi sayangnya Eropa tidak akan mempercayai kebenaran pernyataanku. Mengapa? Sederhana saja, karena di luar Rusia, kebebasan beragama berarti hak propagandisme tak terbatas, sedangkan di Rusia terdapat undang-undang yang menghukum orang-orang yang meninggalkan keyakinan kami atau yang berusaha berkonversi sehingga merusak ortodoksi. Eropa mengklaim melihat persekusi keagamaan dalam undang-undang ini, undang-undang perlindungan gereja dominan terhadap serangan musuh-musuhnya. Padahal tidak ada yang semacam itu.
“Yang menyelamatkan Rusia di tengah konflik-konflik politik dan agama yang membanjiri Eropa adalah independensi utuh kekuatan-kekuatan primordialnya, kekonstanan dan energi semangat kebangsaannya, yang dipupuk dalam keyakinan Gereja Ortodoks. Aku ulangi, prinsip vital yang kepadanya Rusia berutang keselamatannya ditemukan dalam ortodoksi. Dengan keyakinan ini bangsa ini telah berkembang. Inilah yang telah menjadikan Rusia cukup kuat untuk melaksanakan misi akbarnya untuk kebaikan umat manusia. Melindungi gereja ortodoks dari segala hal yang mengancam keamanannya adalah tugas sakral yang diajarkan oleh sejarah kami, dan yang padanya bergantung eksistensinya.
“Di tahap awal perkembangan keagamaan dan kebangsaan ini, Rusia bersentuhan dengan agama-agama Barat. Perang-perang Salib, penaklukan Bizantium, dan perendahan gereja Timur menunjukkan kepada kami bahwa aspirasi-aspirasi keagamaan Eropa Barat dipenetrasi secara dalam oleh nafsu-nafsu politik dan bahwa semangat toleransi adalah asing bagi mereka.
“Lalu datanglah Perang-perang Agama, beserta nafsu dan kebencian mereka. Negara-negara jatuh dan bangun. Konfederasi-konfederasi terbentuk, kebangsaan-kebangsaan baru muncul ke hadapan umum. Ambisi politik marak. Di momen ini, ketika politik dan agama bercampuraduk tak terpisahkan, dua kaul besar Barat muncul serentak di Rusia.
“Katolik memilih Provinsi-provinsi Barat sebagai medan operasinya. Sayangnya, di kalangan kami, ia terlihat identik dengan konflik Polandia. Ia memulai perang kepala batu terhadap gereja ortodoks kami dan berusaha membasmi segala sesuatu berbau Rusia dan mentransplantasinya dengan apa yang berbau Polandia. Di bawah panji Katolik, balatentara Polandia mempenetrasi lebih dari satu kali ke jantung Rusia. Bahkan hari ini, mustahil untuk menunjuk satu tempat saja di Rusia di mana Katolik beraksi dalam semangat netral, di mana ia toleran dan tidak digerakkan oleh sentimen permusuhan terhadap elemen ortodoks, dan dipenuhi dengan keinginan untuk melepaskan Provinsi-provinsi Rusia perbatasan barat dari Rusia.
“Sayangnya, di bawah kondisi hampir serupa, Rusia berhadap-hadapan dengan Lutheranisme dalam sosok para Ksatria Ordo Teutonik kuno, yang menghalangi jalannya ke laut Baltik. Menghancurkan segala sesuatu yang bisa menghidupkan Katolik, para konvert Lutheranisme ini, para baron dan pendeta, berpegang pada keuntungan-keuntungan fana yang mendatangi mereka dari gereja lama. Dengan semua energi ras mereka, mereka mengikuti jejak para pendahulu mereka, menjalankan otoritas sewenang-wenang di negara ini, menghasut penduduk Latvia dan Finlandia untuk melawan Rusia, dan mengutuk ortodoksi sebagai simbol kesatuan dengan Rusia. Dan pergulatan lama ini masih berlangsung, sebuah pergulatan untuk memperebutkan kontrol penuh atas negara ini, yang dipimpin oleh keturunan para ksatria kuno itu.
“Lutheranisme, seperti Katolik yang digantikannya di Provinsi-provinsi itu, memakai agama sebagai topeng untuk menyembunyikan maksud-maksud politiknya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi penyatuan erat warga-warga asli dengan ibu pertiwi, melanggar kebebasan beragama dan di saat yang sama mengeluh karena tidak diizinkan membawa semangat propagandismenya ke luar batas-batas legal. Ia memenuhi Eropa dengan keluhan-keluhannya, seraya sibuk mengusik Komunitas-komunitas Lutheran paling damai di wilayah-wilayah lain Kekaisaran. Jika Eropa Protestan tak mau dipengaruhi oleh keluhan dan pernyataan berlebihan para pelaku intrik ini, jika ia mau menengok situasi yang betul-betul eksis, ia akan melihat kesulitan-kesulitan berat yang menghalangi orang yang mau pindah dengan bebas dari Gereja Lutheran ke Gereja Ortodoks kami, dan akan melihat bahwa dalam pergulatan keras ini usaha-usaha kami tidak ditujukan untuk menyerang Lutheranisme, tapi sebaliknya, dipusatkan untuk mempertahankan gereja kami dari serangan-serangan Lutheranisme.
“Saatnya belum tiba, betapapun Kristiani sejati menyesalkan fakta ini, untuk peleburan gereja Barat dan Timur secara damai. Di sini di Rusia, kaul-kaul Barat sama sekali belum membuang pretensi-pretensi dominan mereka dan senantiasa siap untuk tak hanya melemahkan pengaruh tapi juga menyerang kesatuan negara kami. Rusia tidak bisa mengizinkan kebebasan jenis ini. Ia takkan pernah membiarkan anak-anaknya ditarik dari gereja ortodoks dan didaftarkan dalam sekte asing, yang masih mengangkat senjata terhadap bangsa Rusia. Ini dinyatakan secara terbuka dalam undang-undangnya, dan untuk justifikasi kami di jalan ini kami memohon kepada Dia yang menguasai nasib Kekaisaran-kekaisaran.
“Eropa Barat memproklamirkan kebebasan propaganda untuk semua sekte, tapi tidak melindungi agama dominan, gereja Negara. Di sini di Rusia kami menempuh jalan sebaliknya. Tapi kalian yang menemukan kesalahan pada kami, sudahkah kalian berhasil dalam menjamin kebebasan beragama bagi semua sekte, dalam membuat mereka hidup berdampingan dalam damai, dan dalam membuang dari pikiran mereka semua keinginan akan dominasi? Celaka, tidak. Kebebasan sempurna ini dinikmati hanya oleh mereka yang sudah beralih dari keimanan ke ketidakpercayaan.”
Judul asli | : | Russia and The Evangelic Alliance<i=1a_nfRzkmzNejV4PQV02joLhWwlHc--Uc 297KB>Russia and The Evangelic Alliance (1888) |
Pengarang | : | Theodore Stanton |
Penerbit | : | Relift Media, Agustus 2023 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |