Kita sudah menjadi sebuah bangsa yang beriman pada tuhan. Inilah yang sudah dicapai oleh ide kita akan kehidupan dan penegasan kehidupan, pantas untuk ide Jerman. Kita akan bisa melakukan segalanya jika itu tumbuh dari pangkal kecilnya menjadi sebuah agama, menjadi sesuatu yang suci bagi bangsa Jerman.
Dalam kehidupan manusia, harus muncul seorang pemimpin yang bisa memenangkan hati orang lain dengan keyakinannya dan membuat mereka bahagia. Dari situlah kepemimpinan datang. Hal yang sama berlaku untuk bangsa-bangsa. Sebuah bangsa dan sebuah ras dipanggil untuk membuat yang lain bahagia. Satu bangsa harus naik di atas yang lain, dan menaikkan yang lain juga.
Apa yang sering kita lihat dalam rapat-rapat kita sebelum perebutan kekuasaan terulang di sini. Saat itu kita biasa memasuki aula dengan sekelompok kecil pendukung. Bahkan, suatu kali aku sendirian: pembicara, bendahara, ketua rapat, dan sekaligus pelindung dalam satu sosok. Kita tentu saja tidak berharap memenangkan hati setiap orang di aula kepada Sosialisme Kebangsaan (Nazi). Kita bahagia ketika massa di ruangan tergerak, ketika ada tanggapan giat dan pertukaran pendapat. Kita tahu swastika tak pernah melepaskan orang-orang yang bersentuhan dengannya, bahkan lawan paling sengit sekalipun. Mereka mengeluh dan memerangi kita, tapi mereka sudah terjangkau. Begitulah kita menggerakkan orang-orang hari ini.
Roosevelt berbicara lebih banyak tentang kita daripada hal lain, dan orang-orangnya dan para menterinya hanya berbicara tentang kita. Inggris selalu mempertahankan sikap hati-hati, tapi tidak bisa begitu lagi. Prancis dalam situasi yang sama. Bahkan pemilihan paus ada di bawah bayang-bayang swastika, entah bapak-bapak itu suka atau tidak. Aku yakin mereka tidak membicarakan apa-apa selain bagaimana menemukan kandidat untuk kursi St. Petrus yang kurang-lebih mampu menghadapi Adolf Hitler.
Sosialisme Kebangsaan (Nazi) menggelisahkan para pemimpin dunia, ia menggerakkan bangsa-bangsa. Jerman adalah pusat dunia, dan dunia bertanya: “Apa yang Adolf Hitler lakukan?” Itu pertanyaan gugup mereka. Rekan-rekan partaiku, hari ini swastika memaksa dunia untuk mengambil posisi mendukung kita atau menentang kita. Dunia harus memutuskan, ia tak punya pilihan. Tidak bisa ada kompromi. Yahudi memimpin dunia lain. Ini tentang semua atau nihil. Tidak ada kata kembali.
Ide kita sedang menggerakkan dunia, itu sedang memaksa umat manusia untuk memilih mendukung kita atau menentang kita. Itu memaksa kaum Yahudi muncul dari belakang kacung-kacung mereka. Mereka harus bertarung. Kita menginginkan pertarungan itu, sebab kita tahu, jika kita tidak berhasil memenangkan cukup tanah untuk bangsa kita, segala yang sudah kita lakukan akan sia-sia.
Apa kalian pikir Reich Kristen akan cukup kuat untuk meraih penaklukan-penaklukan seperti Führer, sekalipun tentaranya sepuluh kali lebih kuat? Ini hanya memungkinkan karena 80 juta orang [Jerman] ini telah sebagian besar terbebaskan dari “berkah” [Kristen] itu. 80 juta budak telah menjadi tuan, karena 80 juta ini tidak lagi bertengkar soal hal-hal kecil.
Inggris mendirikan kekaisarannya ketika sejarah budaya kita sudah berumur 1.500 tahun. Kita memimpin dunia selama seribu tahun sebelum sejarah Inggris bahkan dimulai. Lalu William sang Penakluk tiba. Dia pasti orang asing, sebab bangsa Inggris tidak mampu menemukan orang mereka sendiri yang sanggup mencetak sejarah. Mereka mendirikan kekaisaran mereka ketika Jerman sedang melalui Perang 30 Tahun, sebuah masa ketika kita bangsa Jerman cukup bodoh untuk bertengkar soal Komuni Kudus dan apakah kita mesti mengambil satu atau kedua elemen. Selagi bangsa Jerman saling memecahkan kepala, pencuri-pencuri ini mengambil alih dunia. Hari ini “perdana menteri” Inggris menyebut Führer kita sebagai pengkhianat. Sudah cukup dengan itu!
Jika kita menengok balik sejarah kita, kita tahu apa masalahnya. Kita mestinya bukan memulai dari kaum Hohenzollern atau kaum Wittelsbach. Bangsa kita sudah berumur 1.000 tahun ketika mereka tiba. Dinasti-dinasti kerajaan itu berpikir sejarah dimulai dengan mereka, contohnya dengan Wilhelm II. Syukurlah, sejarah bangsa kita ribuan tahun lebih tua daripada sejarah keluarga-keluarga kerajaan kecil, raja-raja, dan kaiser-kaiser. Tapi kita selalu bisa menghargai apa yang sungguh-sungguh agung dalam masa lalu kita, sebagai contoh Frederick Agung, salah seorang terbaik dalam sejarah Jerman. Frederick adalah orang Jerman agung bukan karena dirinya seorang Hohenzollern, tapi lebih karena dia seorang pria kuat, energik, dan keras yang hidup hanya untuk Jerman. Kita menghargai segala sesuatu yang agung, tapi tidak bisa membiarkan segelintir raja mengklaim sejarah dimulai dengan mereka. Kita harus mengambil pandangan sejarah yang luas, dan melihat segala sesuatu yang telah diraih kebudayaan Jerman. Inggris sungguh kekanakan ingin memerankan pengasuh kita. Kita tidak bisa biarkan itu. Kita harus melihat musuh-musuh kita dengan jernih. Pandangan keduniaan mereka adalah Kristiani dan negatif. Tentu saja Roosevelt tidak membayangkan dirinya cuma seorang pembebas dunia Kristen; dia tahu Yahudi adalah akar semua itu.
Jika Yahudi ingin bertarung, tak masalah buat kita. Kita sudah lama menginginkan pertarungan itu. Tidak ada lagi ruang di dunia untuk kaum Yahudi. Yahudi atau kami, salah satu dari kita harus enyah. Kita tahu bahwa Yahudi akan kalah, bahwa dia dan doktrin-doktrin iblis, ingkar hidup, dan destruktifnya akan dihancurkan. Tengok sekeliling dan lihat bagaimana para emigran bertambah; bahkan London sudah menyadari. Di Roma, mereka menemukan Yesuit paling pintar yang mereka miliki. Seorang jagal brutal duduk di Moskow. Mereka merupakan kedok, dan Yahudi ada di belakang mereka semua. Itu tak lagi membuat kita khawatir, tapi kita harus melihat dengan jernih apa yang sedang terjadi dan membicarakannya secara terbuka. Percayalah, musuh-musuh kita di gereja-gereja konfesional politik tahu bahwa sulap yang mereka perlihatkan kepada dunia hanyalah lagak. Intinya mereka berlagak, dan itu tergantung pada apakah mereka bisa menemukan cukup banyak idiot untuk mempercayai mereka.
Mereka mungkin akan berkata dunia ini gila. Well, ini dunia yang gila, tapi itu bukan hal penentu. Hal penting pada saat pertempuran-pertempuran penentu di bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang adalah apakah kita bisa membuat bangsa kita kebal terhadap sulap tersebut sehingga musuh tidak bisa lagi menjangkau mereka. Bangsa kita hanya harus menertawakan doktrin-doktrin dan kata-kata magik mereka. Sebagaimana kita tidak mengatasi Marxisme hanya melalui penyangkalan, begitu pula kita tidak akan mengatasi musuh-musuh ini hanya melalui pergumulan dan penjelasan. Führer suatu kali berkata: “Jika kau mengambil berhala dari rakyat, kau harus menggantinya dengan tuhan sejati.” Tuhan kita adalah hukum penciptaan luar biasa, yang kesatuan ajaib segala halnya menampakkan diri dalam bunga-bunga indah, dalam pekerjaan dan pencapaian dan kreasi, dalam kehidupan itu sendiri. Itu adalah kegembiraan yang kita miliki dalam segala hal. Betapa indah segalanya. Apa kalian merasakannya juga? Aku begitu bahagia bisa hidup.
Seorang pendeta baru-baru ini bertanya padaku: “Tapi bagaimana dengan [alam] keabadian...?”
Aku menjawab: “Satu hari di Jerman Sosialis Kebangsaan (Nazi) adalah lebih baik bagiku daripada seluruh surgamu.”
Kehidupan ini adalah tempat di mana kita membangun keabadian bangsa. Apa yang terjadi padaku saat aku mati? Aku tak tahu. Satu hal yang aku tahu. Aku akan kembali ke bumi dan akan lagi menjadi bagian Bunda Bumi yang indah ini. Tidakkah itu cukup? Jika saja sebilah rumput atau sekuntum bunga tumbuh dari kuburanku, itu cukup buatku. Aku bahagia dengan apa yang sudah kukerjakan sejauh ini. Itu berat sekaligus indah, dan aku bersyukur atas 48 tahun ini. Dan jika aku tetap hidup cukup lama untuk menuntaskan pekerjaanku, aku bisa mati dalam damai. Kematian tidak akan mengandung teror bagiku. Aku sudah melihat banyak orang yang merasa berat untuk mati. Aku yakin kita akan mati secara pantas. Aku berharap punya tenaga untuk tidak mati seperti orang lemah, tapi untuk mati dengan kepuasan bahwa aku sudah berbuat sesuatu. Keabadian? Aku tidak ingin hidup selamanya, tapi aku ingin bangsaku hidup terus secara abadi. Aku ingin bangsaku abadi, dan hidup selamanya sehingga dalam 2.000, 3.000, dan 100.000 tahun ia akan terlihat persis seperti hari ini. Aku tidak ingin ia turun derajat atau rusak, tapi aku ingin ras sehat yang sama, kejantanan yang sama, dan orang-orang yang sama hadir, aku ingin batalion-batalion yang sama berdefile ke seluruh Jerman.
Judul asli | : |
The Jews or Us... Wir oder die Juden...<i=1Nfyi5w323KVNwkLsKzBXMnYilbxQKgjp 578KB>The Jews or Us...<br/> Wir oder die Juden... (1939) |
Pengarang | : | Robert Ley |
Penerbit | : | Relift Media, Juli 2023 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Pidato |