Konon ada kehormatan di kalangan pencuri, tapi kita tidak menantikan hal demikian di kalangan negarawan. Jadi semangat bernegara dinastik ini menyebar turun dan keluar melalui pembauran, melalui ajaran dan teladan, ke seluruh populasi bawah.
Pertumbuhan integritas kebangsaan telah berjalan tanpa putus sejak berakhirnya Zaman Pertengahan. Di saat yang sama, itu umumnya telah menghimpun kekuatan dan momentum dan telah berangsur-angsur semakin pasti dalam sasaran dan motifnya; dan jalannya pertumbuhan dan pematangan ini tampaknya belum berakhir sama sekali. Berhubung itu bersangkutpaut dengan pertanyaan-pertanyaan dalam penyelidikan ini, semangat (atau kebiasaan) integritas kebangsaan boleh dikatakan telah naik dan menyandang banyak karakter khasnya dalam petualangan-petualangan “pembuatan negara” ala pangeran yang mengisi sejarah politik zaman modern awal.
Pembuatan negara adalah ikhtiar kompetisi perang dan politik, di mana semua dan beberapa otoritas-otoritas kepangeranan atau dinastik yang saling bersaing masingmasing mencari keunggulan dengan mengorbankan siapapun yang ia khawatirkan. Sebagai sebuah ikhtiar predatori (pada hakikatnya), cara-cara dan sarananya adalah penipuan dan pemaksaan. Beberapa otoritas kepangeranan dan dinastik mengemban eksistensi korporat, dengan kepentingan, kebijakan, dan pengorganisasian korporat; dan masing-masing mereka terus-menerus saling salah paham dengan semua korporasi serupa lain yang terlibat dalam lini petualangan yang sama.
Di antara mereka juga terdapat kepangeranan Agama, termasuk Takhta Suci. Sasaran itu semua terpusat pada domini dan prestise kepangeranan, dan pada pemasukan pasif untuk personil sipil, militer, dan gereja; melalui usaha terencana orang-orang inilah jual-beli pembuatan negara dijalankan. Siapapun dari korporasi-korporasi dinastik ini bisa memperoleh domini dan prestise lebih jauh hanya dengan mengorbankan orang-orang lain sejenis mereka, dan hanya dengan mengorbankan populasi di bawah mereka.
Tentu saja kehilangan, kerugian, atau ketidaknyamanan siapapun sama dengan keuntungan bagi yang lain; semua keuntungan adalah keuntungan diferensial. Saat itu, seperti sekarang, jual-beli dijalankan melalui peperangan dan diplomasi perang, yang selalu berubah menjadi pengeluaran nyawa dan harta-benda dari populasi semua pihak bertikai. Dari dulu sampai sekarang itu adalah ikhtiar intimidasi yang ujung-ujungnya mengambil jalan senjata—ultima ratio principum—dan dari dulu sampai sekarang bisnis selalu dikerjakan berdasarkan kerugian dan ketidaknyamanan timbalbalik, hasilnya diputuskan oleh neraca kerugian dan kehilangan; dari dulu sampai sekarang ongkos nyawa dan harta-benda menimpa populasi di bawah, sedangkan perolehan domini, prestise, dan barang-barang mengalir ke otoritas kepangeranan dan kelas-kelas piaraan.
Seluruh jual-beli pembuatan negara ini luar biasa ambigu dan menjadi bab sejarah yang cukup keji. Dan Negara-negara yang dibuatnya adalah seperti yang dapat disangka. Itu adalah sebuah ikhtiar dalam kekalahan timbal-balik, tanpa merasa malu. Agar petualangan-petualangan kerugian, kebejatan, dan ketidaknyamanan ini dapat dibawa ke akhir yang pas, sebagaimana mereka umumnya, beberapa korporasi dinastik menuntut dan menjalankan usufruk total atas populasi bawah mereka dan semua kebiasaan dan pekerjaan mereka. Jadi usufruk total atas populasi bawah ini menjadi aset otoritas dinastik yang abadi dan tak dapat dipindahtangankan, dengan Rahmat Tuhan. Lama-kelamaan, dan bahkan dalam waktu relatif pendek, dengan pemaksaan disiplin yang ketat dan tiada henti dan indoktrinasi, populasi bawah belajar untuk percaya bahwa usufruk kepangeranan atas diri dan properti mereka dengan Rahmat Tuhan adalah pasti benar dan baik, sudah sewajarnya. Melalui hukum dan kebiasaan, populasi bawah jadi berutang dan mengakui kesetiaan pengabdian tak terbatas dan tanpa ragu kepada otoritas kepangeranan yang dalam usufruknya mereka dikuasai. Oleh karenanya, kesetiaan membudak telah menjadi bukan saja poin hukum tapi juga poin moral dan kehormatan. Demikianlah kekuatan kegunaan dan kebiasaan.
Sudah sewajarnya, korporasi-korporasi kepangeranan yang berkompetisi ini selalu saling salah paham dan dikaruniai semangat permusuhan dan ketidakpercayaan luas, cocok dengan ikhtiar kerugian dan ketidaknyamanan timbal-balik yang menjadi alasan mereka diorganisir dan diperlengkapi; dan dalam semua pengejaran malapetaka yang tekun ini, sudah dianggap biasa bahwa tidak ada tempat untuk keberatan macam apapun. Semua adalah wajar dalam perang dan politik. Ini adalah permainan pemaksaan dan penipuan. Konon ada kehormatan di kalangan pencuri, tapi kita tidak menantikan hal demikian di kalangan negarawan. Jadi semangat bernegara dinastik ini menyebar turun dan keluar melalui pembauran, melalui ajaran dan teladan, ke seluruh populasi bawah sampai mereka segera—semua dan beberapa—diikat bersama dalam pelayanan tuan-tuan predator mereka oleh solidaritas berurat-akar dan tak bercermin berupa kesombongan nasional, ketakutan nasional, kebencian nasional, kejijikan nasional, dan ketaatan antusias membudak kepada otoritas yang diberi kuasa. Demikianlah kekuatan kegunaan dan kebiasaan, dan demikianlah residu-residu institusionalnya.
Judul asli | : | The Growth and Value of National Integrity<i=12O8K0dbX6wZeJA08fGrSo_C0cY6aXD6J 352KB>The Growth and Value of National Integrity (1923) |
Pengarang | : | Thorstein Bunde Veblen |
Penerbit | : | Relift Media, Mei 2023 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |