
Pada masa penaklukan Irak oleh Sultan Mahmud, para penyamun di Dair Gachin mencuri barang bergerak milik seorang wanita yang sedang bepergian dengan kafilah. Para penyamun ini berasal dari Kuch Baluch, sebuah distrik yang tergabung dengan provinsi Kirman. Wanita itu pergi ke hadapan Sultan Mahmud untuk mengadu, berkata, “Para penyamun mencuri barang bergerakku di Dair Gachin. Dapatkan kembali barang-barangku dari mereka, atau beri aku ganti rugi.” Mahmud berkata, “Di mana Dair Gachin itu?” Si Wanita berkata, “Jangan ambil teritori lebih dari yang bisa kau ketahui luasnya dan bisa kau pertanggungjawabkan dan bisa kau urus dengan benar.” Dia berkata, “Kau benar; tapi apa kau tahu seperti apa penyamun-penyamun ini dan dari mana mereka berasal?” Dia berkata, “Mereka dari Kuch Baluch dan berasal dari daerah Kirman.” Dia berkata, “Tempat itu sangat jauh dan di luar teritoriku; aku tak bisa berbuat apa-apa pada mereka.” Si wanita berkata, “Pengelola dunia macam apa kau yang tidak bisa mengelola barang milikmu sendiri? Dan penggembala macam apa kau jika tidak bisa melindungi domba dari serigala? Lihat aku dalam kelemahan dan kesendirianku dan kau dengan semua bala tentara dan kekuasaanmu.” Mahmud berlinang air mata dan dia berkata, “Kau benar; aku akan memberimu ganti rugi untuk barang bergerakmu dan menangani orang-orang ini sebaik yang kubisa.” Lalu dia memberikan sejumlah uang kepada wanita itu dari baitulmal, dan dia menulis surat kepada Abu Ali Ilyas, amir Kirman dan Tiz, berkata, “Tujuan kedatanganku ke Irak bukanlah penaklukan, sebab waktu itu aku sedang berperang total di Hindustan; tapi aku datang karena sering menerima surat-surat dari umat Muslim yang mengadukan bahwa kaum Daylam menyebar kerusakan, penindasan, dan bid’ah di Irak; bahwa mereka menyergap jalan raya dan menyambar setiap wanita cantik atau anak laki-laki rupawan yang datang dan membawa mereka masuk dan melakukan perbuatan asusila; mereka melukis dan mencelup dengan henna lengan dan kaki anak laki-laki belia, menahan mereka selama yang mereka suka dan melepas mereka sekehendak hati; mereka terang-terangan mengutuk para Sahabat Rasul (shalallahu alaihi wasallam) dan menyebut Aisyah yang Jujur, yakni Ummul Mukimin (radiyallahu anha), sebagai pezina; para pejabat berbuat semaunya dan mengambil upeti dari para petani dua atau tiga kali setahun; raja mereka, bernama Majid ad-Daula, memiliki sembilan isteri, semua dalam ikatan perkawinan, dan senang disebut Raja Diraja; terlebih para petani menyebarkan doktrin-doktrin ateistik dan Batiniah; mereka menghina Allah dan Rasul; mereka mengingkari Sang Khalik di depan umum, dan meninggalkan, shalat, shaum, haji, dan zakat; para pejabat tidak bisa mencegah para petani mengucapkan hujatan-hujatan ini, pun para petani tidak bisa berkata apa-apa tentang keingkaran, tirani, dan kefasikan para pejabat; kedua pihak sama-sama berasyik-masyuk dalam kedurjanaan.
Judul asli | : |
Concerning intelligence agents and reporters... اندر صاحب خبران و منهیان و تدبیر کارهای مملکت داری<i=1hycgPhWgKLb_B5VQobMvFnJDwLQ84EDp 411KB>Concerning intelligence agents and reporters...<br/> اندر صاحب خبران و منهیان و تدبیر کارهای مملکت داری (1092) |
Pengarang | : | Nizam al-Mulk |
Penerbit | : | Relift Media, April 2023 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |