Politik adalah bisnis besar pertama di Amerika. Oleh karenanya ada banyak ironi dalam fakta bahwa bisnis telah belajar segala sesuatu yang politik ajarkan, tapi bahwa politik telah gagal belajar banyak dari metode-metode bisnis dalam mendistribusikan ide dan produk secara massal.
Persoalan politik besar dalam demokrasi modern kita adalah bagaimana membujuk pemimpin-pemimpin kita untuk memimpin. Dogma suara rakyat suara Tuhan cenderung membuat orang-orang yang terpilih dalam pemilu menjadi pelayan yang kurang kemauan bagi konstituen mereka. Ini tentu saja penyebab parsial dari kemandulan politik yang terus-menerus dikeluhkan beberapa kritikus Amerika.
Sosiolog serius manapun tidak lagi percaya bahwa suara rakyat mengekspresikan ide ilahi atau bijak dan luhur apapun. Suara rakyat mengekspresikan pikiran rakyat, dan pikiran tersebut dibuat-buat untuk rakyat oleh para pemimpin kelompok yang mereka percayai dan oleh orang-orang yang mengerti manipulasi opini publik. Itu terdiri dari prasangka warisan dan simbol-simbol dan klise-klise dan formula-formula verbal yang dipasok kepada mereka oleh para pemimpin ini.
Untungnya, politisi tulus dan berbakat mampu mencetak dan membentuk kemauan rakyat melalui instrumen propaganda.
Disraeli secara sinis mengekspresikan dilema ini, ketika dia berkata: “Aku harus mengikuti rakyat. Bukankah aku pemimpin mereka?” Dia bisa saja menambahkan: “Aku harus memimpin rakyat. Bukankah aku pelayan mereka?”
Sialnya, metode-metode para politisi kontemporer kita, dalam berurusan dengan publik, sama kolotnya dan sama tak efektifnya dengan metode-metode periklanan bisnis tahun 1900 pada hari ini. Meski politik adalah departemen penting pertama kehidupan Amerika yang menggunakan propaganda pada skala besar, ia menjadi yang paling lamban dalam memodifikasi metode propagandanya untuk menjawab kondisi pikiran publik yang sudah berubah. Bisnis Amerika pertama kali belajar dari politik metode-metode menyeru khalayak luas. Tapi ia terus-menerus menyempurnakan metode-metode tersebut dalam jalannya pergulatan kompetisinya, sementara politik masih setia pada formula lama.
Apati politik pemilih rata-rata, yang begitu banyak kita dengar, sudah pasti disebabkan oleh fakta bahwa politisi tidak tahu bagaimana menjawab kondisi pikiran publik. Dia tidak bisa mendramatisasi dirinya dan platformnya dalam kata-kata yang memiliki makna nyata bagi publik. Bertindak atas dasar falasi bahwa pemimpin harus mengikuti secara membudak, dia menghilangkan semua minat dramatis dari kampanyenya. Sebuah otomat tidak bisa membangkitkan minat publik. Seorang pemimpin, petarung, diktator bisa. Tapi, mengingat kondisi politik kita saat ini, di mana setiap pencari jabatan harus memperturutkan suara massa, satu-satunya sarana agar pemimpin bawaan lahir bisa memimpin adalah penggunaan propaganda secara ahli.
Entah dalam soal membuat dirinya terpilih untuk suatu jabatan atau dalam soal menafsirkan dan mempopulerkan isu-isu baru, atau dalam soal membuat pelaksanaan sehari-hari urusan publik menjadi bagian vital kehidupan komunitas, penggunaan propaganda yang disesuaikan dengan mentalitas massa merupakan tambahan esensial kehidupan politik.
Pebisnis sukses hari ini meniru politisi. Dia telah mengadopsi gemilap dan gembar-gembor kampanye. Dia telah mengadakan semua pertunjukan sampingan. Dia memiliki makan malam tahunan yang berupa sekumpulan pidato, bendera, omong besar, kemegahan, demokrasi semu yang sedikit dibubuhi paternalisme. Kadang-kadang dia membagikan tanda jasa kepada karyawan, sebagaimana republik zaman klasik memberi penghargaan kepada warga-warganya yang layak.
Tapi semua ini cuma pertunjukan sampingan, genderang, dari bisnis besar, yang dengannya ia membangun citra pelayanan publik dan pelayanan kehormatan. Ini hanya salah satu dari metode-metode sebuah bisnis untuk merangsang antusiasme loyal dari pihak para direktur, pekerja, pemegang saham, dan publik konsumen. Ini adalah salah satu dari metode-metode sebuah bisnis besar untuk melakukan fungsinya, yakni membuat dan menjual produk ke publik. Kerja dan kampanye asli bisnis terdiri dari studi publik secara intensif, pembuatan produk berdasarkan studi ini, dan penggunaan segala cara dengan teliti untuk menjangkau publik.
Kampanye-kampanye politik hari ini hanyalah pertunjukan sampingan, hanyalah tanda jasa, hanyalah omong besar, gemilap, dan pidato. Mereka ini sebagian besar tidak berkaitan dengan bisnis utama yakni mempelajari publik secara ilmiah, memasok publik dengan partai, kandidat, platform, dan kinerja, dan menjual ide-ide dan produk-produk ini ke publik.
Politik adalah bisnis besar pertama di Amerika. Oleh karenanya ada banyak ironi dalam fakta bahwa bisnis telah belajar segala sesuatu yang politik ajarkan, tapi bahwa politik telah gagal belajar banyak dari metode-metode bisnis dalam mendistribusikan ide dan produk secara massal.
Judul asli | : | Propaganda and Political Leadership<i=1uVgMUCUs7QTgBVF_CVdJMmRoNozatOrA 350KB>Propaganda and Political Leadership (1928) |
Pengarang | : | Edward L. Bernays |
Penerbit | : | Relift Media, Januari 2023 |
Genre | : | Politik |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |