Ketika kau mendengar, bahwa semua benda/hal diciptakan dari nihil; bahwa setiap eksistensi memiliki awal, kecuali yang pertama; bahwa setiap eksistensi muncul dari suatu kausa/sebab, kecuali yang pertama; apa mungkin kita tidak akan menangkap sekerlip kecurigaan bahwa kata-kata kita sudah kehilangan kecerdasannya.
§1.—Mengetahui jangkauan kekuatan kita akan menyelamatkan kita dari pengejaran yang tak dapat dicapai.
Manusia eksis di dunia ciptaannya sendiri. Dia tidak bisa melangkah, kecuali ke atas tanah yang ditransformasi oleh budaya; tidak pula bisa memandang, kecuali kepada objek-objek yang dihasilkan oleh seni. Hewan-hewan yang menjadi makanannya tidak dikenal oleh alam, sementara pepohonan, buah-buahan, dan herba, merupakan piala kerja kerasnya. Di dalam dirinya hampir setiap impuls alami ditindas sebagai keji, dan setiap mortifikasi diusahakan sebagai sebuah kebajikan. Bahasa, tindakan, perasaan, dan keinginannya, hampir semuanya buatan. Bukan main dalam pencapaian, dia tak ada batasnya dalam percobaan. Setelah menundukkan permukaan bumi, dia akan menjelajahi pusatnya; setelah menaklukkan penyakit-penyakit, dia akan menundukkan kematian. Tak puas mencatat masa lalu, dia akan mengantisipasi masa depan. Tak puas menundukkan samudera, dia akan melintasi udara. Kesuksesan malah mempertajam keranjingannya, dan kesempatan malah menambah ketidaksabarannya. Oleh karena itu, mengetahui jangkauan kekuatan kita itu penting, agar, dalam keresahan kita akan perolehan-perolehan selanjutnya, kita tidak menghamburkan tenaga pada rencana-rencana yang tidak cocok dengan bakat-bakat kita, dan tidak pula mengupayakan ketercapaian-ketercapaian melalui metode-metode tak kompeten.
§2.—Kita ada dalam bahaya kecil karena mengejar hal-hal yang tak dapat dicapai secara fisik.
Apa yang bisa kita gapai dalam fisika, dapat diserahkan secara aman kepada pengembangan eksperimen; meski alkemi dan gerak perpetual sudah menyebabkan penghamburan waktu, benda-benda konkret membantah dengan begitu kuat kekeliruan-kekeliruan kita ketika kita mengusahakan ketidakselarasan fisik, sampai-sampai kita sedikit rugi akibat usaha-usaha tersebut. Bahkan keluarga raja, yang jarang mendengar kenyataan sederhana, diperlakukan oleh benda-benda fisik tanpa seremoni seperti halnya rakyat jelata.
§3.—Kita ada dalam bahaya menghamburkan waktu dalam penyelidikan-penyelidikan verbal.
Riset-riset spekulatif sedang mengakomodasi kelemahan manusia. Dari geologi, yang mengajari kita apa yang ada di pusat bumi, hingga astronomi, yang menyingkap apa yang sedang berlangsung di empirea; dari fisika, yang berdiskursus tentang benda, hingga metafisika, yang mengupas pikiran; banyak sekali doktrin verbal memangku bentuk apapun yang coba diciptakan oleh kepintaran: seperti kerikil-kerikil Rockaway, yang berubah posisi seiring serbuan bangga setiap ombak (penguasa momen), yang pasang di atas puing-puing pendahulunya, ke pantai.
§4.—Memastikan kapasitas yang dimiliki bahasa untuk mendiskursuskan eksistensi-eksistensi eksternal yang tak bisa ditemukan oleh panca indera kita akan memampukan kita untuk menaksir teori-teori secara lebih memahamkan daripada saat ini.
Untuk menetapkan banyak sekali teori yang berfluktuasi, belum ada seorangpun mengusulkan jalan lain selain mengkonstruksi suatu teori baru, yang kepada otoritasnya semua orang harus tunduk (seperti ortografinya Johnson). Obat sedang terus-menerus menambah penyakit. Aku tidak mau meniru sebuah prosedur yang tidak begitu sukses; tapi karena teori-teori adalah sarana untuk mencoba mendiskursuskan eksistensi-eksistensi eksternal yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera kita, dan karena hasrat akan diskursus tersebut lahir dari sebagian besar teori-teori kita, aku akan mengajarimu kapasitas bahasa untuk pekerjaan tersebut, dan dengan begitu memampukanmu untuk menilai—secara lebih memahamkan daripada yang kau bisa saat ini—kemanfaatan sebagian besar teori dan signifikansi semua teori.
§5.—Tak ada pengetahuan yang lebih penting daripada pemahaman bahasa secara tepat.
Tapi tidak dalam teori saja terdapat pentingnya pemahaman tepat akan kapasitas bahasa. Kata-kata merupakan bagian besar dari semua pemikiran kita. Infusi kata-kata adalah sarana dari hampir semua pengajaran, dan kemampuan untuk mengulangi kata-kata adalah substansi dari banyak pembelajaran kita. Ketika seseorang sedih, kita memberinya kata-kata untuk pelipurannya; dan ketika dia gembira, kita mengulurkan kata-kata untuk mempertinggi kebahagiaannya. Bahkan ketika pengobatan mengaku takluk, ketika kekayaan tak bisa lagi membeli kepuasan, tak pula kekuasaan mampu membeli ambisi, kata-kata tidak hanya mempertahankan pengaruh, tapi potensinya ditambah oleh kesunyian sekitar.
§6.—Diskursus verbal mengandung cacat-cacat yang lolos dari deteksi.
Karena bahasa memiliki relasi penting ini dengan manusia, tugas untuk mengenali cacat-cacatnya adalah mendesak, terutama jika itu mengandung sesuatu yang selama ini lolos dari deteksi, dan itu memang mengandungnya.
§7.—Penyelidikan verbal yang signifikan tidaklah tak terbatas.
Bahasa juga memiliki daya interogasi yang tak terbatas. Tidak ada yang terlalu sakral untuk lolos dari pemeriksaannya, tidak ada yang terlalu jauh, tidak ada yang terlalu kecil. Kita mempergunakannya—kalau bukan tanpa kecurigaan bahwa itu mengandung ketidakmampuan laten untuk penyelidikan tak terbatas, maka pasti dengan pemahaman samar akan keterbatasannya; oleh sebab itu penting sekali menetapkan batas-batas (jika itu memiliki batas), yang di dalamnya pertanyaan interogasi adalah signifikan. Aku siap untuk menunjukkan bahwa itu memiliki daya-daya terbatas dalam fakta-fakta ini dan untuk menetapkan batas-batasnya.
§8.—Bahasa dapat dibentuk menjadi proposisi yang hasil-hasilnya—meski tidak bisa dibantah oleh logika—tidak bisa diakurkan dengan panca indera kita.
Bahasa juga bisa dicetak menjadi proposisi yang tidak bisa dibantah oleh kaidah logika dikenal manapun, tidak pula bisa dinisbatkan dengan lunak pada kesaksian panca indera kita; oleh sebab itulah penting sekali memastikan apakah bahasa, ketika dipergunakan demikian, tidak memiliki signifikansi tersembunyi yang akan menyelamatkan kita dari mengingkari panca indera kita atau mengingkari kesimpulan paling terbuktikan. Aku akan meyakinkanmu bahwa itu memiliki signifikansi demikian, dan aku akan mengajarimu signifikansi bahasa yang dipergunakan secara njlimet tersebut. Proposisi-proposisi yang kusinggung dapat diketahui dari contoh-contoh berikut:
1) Matematika meyakinkan kita bahwa air yang mengalir tenang di kanal kita tidaklah rata di bagian manapun; bahwa dinding-dinding yang membentuk sisian kamar ini tidaklah sejajar; bahwa sebuah garis yang panjangnya tidak lebih dari seinchi dapat dikurangi secara tak berkesudahan.
2) Astronomi menyatakan kita diputar sebentar sejauh seribu mil ke satu arah, dan lima belas mil ke satu arah lain; dan dalam rotasi memusingkan ini, kepala kita bepergian lebih cepat dan lebih jauh daripada tubuh kita; bahwa sebagian umat manusia berjalan dengan kaki mereka berseberangan secara diametris dengan kaki kita; bahwa dunia adalah sebuah bola, dan pada jarak tertentu memangku rupa sebuah bintang; bahwa komet lebih panas daripada besi merah pijar, dan matahari adalah benda api 1.300.000 kali lebih besar daripada bumi; bahwa pasang disebabkan oleh tarikan bulan, dan berat dihasilkan oleh tarikan bumi.
3) Optika menyatakan bahwa saat aku menengok sekeliling, dan melihat perbukitan jauh, jalanan lapang, bangunan-bangunan megah, dan kegiatan makmur, aku sebetulnya tidak melihat kelapangan ataupun jarak, melainkan sebuah miniatur, dengan diamater tidak sampai satu inchi, yang terlukis pada retina mataku.
4) Fisiologi menegaskan bahwa seberkas cahaya, meski itu tampak tak berwarna, adalah warna-warni; sementara mawar hanyalah alat kosong, untuk memperlihatkan semburat-semburat yang eksis secara laten di dalam cahaya. Namun, botani mengkompensasi sang ratu bunga atas penghinaan ini. Botani bersikukuh bahwa tanaman makan, minum, tidur, dan bernafas, bahwa mereka adalah jantan dan betina, bahwa harum mereka adalah desahan asmara, dan gerak mereka adalah kepekaan syaraf.
5) Kimia adalah secara khusus sains penyihiran. Itu menyatakan bahwa air pada dasarnya tersusun dari substansi paling mudah terbakar di alam, bahwa daging kita hanyalah kombinasi gas-gas menjijikkan, dan berlian hanyalah preparat arang.
§9.—Cacat-cacat verbal yang akan dikupas oleh diskursus-diskursus ini tidak bisa dipisahkan dari bahasa dan berbeda dari cacat apapun yang kau mungkin duga.
Kau tidak boleh menyangka saat ini aku bisa membuatmu paham cacat proposisi-proposisi tersebut. Mulai sekarang aku hanya akan bilang, aku merasa perlu menyampaikan informasi tersebut. Bahkan, aku tidak bisa memberi panduan lebih baik untuk menuntunmu ke pemahaman tepat akan cacat-cacat bahasa, selain dengan mengatakan—dengan sebuah resiko—bahwa aku tidak menyinggung cacat-cacat yang pernah kau dengar atau bayangkan. Aku juga tidak menyinggung apapun yang bisa dihindarkan. Sejauh-jauhnya yang kuharap lakukan adalah membuat mereka diketahui; seperti ketika kita menanam isyarat pandu, untuk menandai gosong pasir yang tidak bisa kita singkirkan.
Judul asli | : | A Treatise on Language: or, The Relation which Words Bear to Things. Lecture I.<i=15MShcCOyy9rwr5rjwPLFRNAkNzCvghez 477KB>A Treatise on Language: or, The Relation which Words Bear to Things. Lecture I. (1836) |
Pengarang | : | Alexander Bryan Johnson |
Seri | : | Risalat Bahasa #1 |
Penerbit | : | Relift Media, Januari 2023 |
Genre | : | Sains |
Kategori | : | Nonfiksi, Lektur |