Ilusi kosmik—yang di bawah pengaruhnya para individu merasa seolah-olah “tidur”—disebut sebagai tak berawal, di mana dualitas—yang dari keserbaragamannya kata tersebut disusun—dinyatakan sebagai ilusi belaka, di mana māyā dikatakan merupakan “kekuatan ajaib” Dewa sendiri.
“Māyā” merupakan salah satu kata paling penting dan mencolok dalam kosakata filosofi Vedānta. Andai maknanya tetap dan tak dapat berubah sepanjang sejarah pemikiran India, tugas kita akan lebih ringan dan kita tak perlu repot-repot menuliskan bab ini. Tapi, dalam kondisi yang ada, kata tersebut sangat cair, dan pada masa-masa yang berbeda telah memangku beragam bentuk makna. Maknanya dalam literatur Vedik sekilas hampir kontradiktif dengan konotasinya belakangan. Penyelidikan kita saat ini dimaksudkan untuk mengemukakan mata-mata rantai penghubung di antara berbagai maknanya sewaktu mereka berangsur-angsur melewati tahap-tahap transisi. Guna menghindari semua kekeliruan dan kebingungan dalam memahami konsepsi Māyā, rasanya perlu untuk membuka jalan dengan pertama-tama mencapai mufakat dengan kata itu sendiri. Kesalahpahaman dan penyalahgunaan kata-kata merupakan akar dari sekumpulan falasi; oleh karenanya, kita percaya bahwa peran hebat tugas kita akan tuntas jika kita mampu, melalui riset filosofis seksama, mendefinisikan konsep Māyā dalam kaitan dengan perkembangan historisnya. Ini akan menyediakan wawasan tentang Doktrin Māyā itu sendiri, yang telah senantiasa menjadi pokok inti bagi penstudi filosofi. Dalam pengupasan kata ini, kita akan berproses secara kronologis, dan menelusuri perkembangan maknanya hingga ke zaman Śaṅkara, ketika ia memperoleh pengertian kaku dan teknis, yang bertahan bahkan sampai hari ini.
Böthlingk and Roth (dalam St. Petersburg Dictionary) memberikan makna-makna berlainan berikut ini: Kunst, ausserordentliches Vermögen, Wunderkraft, Kunstgriff, List, Anschlag, Trug, Gaukelei, ein künstliches Gebilde, Trugbild, Blendwerk, Täuschung. Nah, makna-makna ini tidak banyak membantu kita dengan penjajaran mereka belaka. Agar bebas dari kesalahan analogi keliru dan etimologisasi yang terburu-buru, kita akan berproses secara induktif; dan sekarang kita mulai meninjau makna-maknanya dalam kaitan dengan konteks di mana kata tersebut terdapat.
Geldner menisbatkan makna-makna berikut pada kata tersebut sebagaimana terdapat dalam Ṛigveda dan Ayurveda: (1) Verwandlung, angenommene Gestalt; die Kunst, sich und andere zu verwandeln, Verzauberung, Zauberkraft, Zauberkunst, die Macht Wunder zu tun, Allwissenheit; Betrug, List, Schlauheit; (2) Illusion, Täuschung, Schein, Erdichtung; (3) der in das Verborgene eindringende Geist, Phantasie. Uhlenbeck juga menganggapnya bermakna Wunderkraft, Trug, Trugbild. Grassmann (setelah merujuknya pada akar mā = man, bandingkan dengan māti, Yun. μῆτις) memberikan padanan-padanan: übermenschliche Weisheit oder List, göttliche Kunst oder Zauber-Kunst, Zauberbild, Trugbild.
Menyusul Böthlingk and Roth, Monier Williams juga mengatakan bahwa makna “seni”, “kebijaksanaan”, “kekuatan luar biasa atau supranatural” hanya ditemukan dalam bahasa terdahulu; tapi ketika dia menambahkan bahwa di dalam Ṛigveda kata tersebut juga bermakna “ilusi”, “ketidaknyataan”, “pengelabuan”, “penipuan”, “muslihat”, “sihir”, “ilmu sihir”, “majik”, dia tidak tepat, dan sedang menggunakan kata-kata ini secara longgar. Beberapa nuansa dari kata-kata ini tentu saja terdapat dalam Ṛigveda dan perkembangan lanjutan mereka teramati dalam Ayurveda, tapi menyebut semua ini ditemukan dalam Ṛigveda tidaklah tepat, melainkan sebuah generalisasi yang tergesa-gesa dan keliru.
Nighaṇṭu, salah satu koleksi homonim Vedik paling awal, menyebutkan “māyā” sebagai salah satu dari sebelas nama “prajñā” (kecerdasan). Penafsir agung Nighaṇṭu, Yāska, mengemukakan pengertian yang sama dari “prajñā” saat menjelaskan “adhenvā carati māyayaiṣaḥ”, “imām ū nu kavitamasya māyām”, “māyām ū tu yajñiyānām”, dan “viśvā hi māyā avasi svadhāvaḥ”. Kita akan mendapat kesempatan untuk segera melihat sejauh mana Sāyaṇa berpegang pada makna ini dalam tafsir monumentalnya atas Ṛigveda. Tanpa mengutip daftar makna lain lagi, mari kita langsung melakukan pendekatan terhadap literatur Sanskrit—dan Veda-veda terlebih dulu—dalam rangka menilai maknanya secara tepat dari penggunaan kontekstual.
Judul asli | : | History of the Word “Māyā”<i=1j53BmlTbav0-aI9fUHHrGOQ117A118v9 451KB>History of the Word “Māyā” (1911) |
Pengarang | : | Prabhu Dutt Shāstrī |
Seri | : | Doktrin Dunia Maya #1 |
Penerbit | : | Relift Media, Juli 2022 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |