Setahap demi setahap, jika kita telusuri sejarah evolusi legenda Buddha, Buddha-Buddha manusiawi jadi diagungkan dan ditinggikan jauh melebihi kemungkinan-kemungkinan orang badani.
Doktrin Trikāya, tiga tubuh, atau tiga aspek Buddha, merupakan salah satu fitur paling memukau dari Mahāyāna, dan hubungan yang eksis antara itu dan Trimurti Hinduisme, dan Trinitas Kristen, dll., menarik perhatian khusus bagi para penstudi perbandingan agama.
Cendekiawan-cendekiawan tertentu menduga bahwa doktrin tritunggal, tentu saja sebagaimana ditemukan di Barat, adalah hasil dari idealisasi keluarga manusiawi Bapak (mis., Osiris Mesir), Ibu (mis., Isis), dan Putera (mis., Horus). Tentu saja sejauh menyangkut Buddhisme, dugaan ini terbukti keliru, sebab doktrin kini Trikāya adalah hasil dari garis evolusi doktrinal yang panjang dan rumit.
Tak perlu dikatakan, dalam Hīnayāna doktrin ini sama sekali asing, kendati, sebagaimana poin-poin lainnnya, studi seksama menunjukkan bahwa itu memuat dasar-dasar setiap Kāya atau tubuh sendiri-sendiri, meski tentunya dalam bentuk yang belum berkembang sama sekali.
Trikāya adalah:
- Dharmakāya, atau Tubuh Hukum, praktisnya sinonim dengan Bhūtatathātā.
- Sambhogakāya, atau Tubuh Penebusan. Simbol dari ideal Buddha.
- Nirmānakāya, atau Tubuh Transformasi, Universal yang Terjelma di Dunia.
1. Nirmānakāya
Nirmānakāya adalah tentu saja Çākyamuni, dan Buddha-Buddha manusiawi lain, memiliki semua kualitas manusia fana, dapat terkena penyakit, usia tua, dan kematian. (Oleh sebab itu namanya Transformasi.) Namun, sebagai suara Buddha Universal, mereka menyatu dengan itu. Nirmānakāya dapat lebih bebas diterjemahkan sebagai Tubuh Inkarnasi. Setahap demi setahap, jika kita telusuri sejarah evolusi legenda Buddha, Buddha-Buddha manusiawi jadi diagungkan dan ditinggikan jauh melebihi kemungkinan-kemungkinan orang badani. Mereka memiliki tiga puluh dua tanda keunggulan ragawi besar dan delapan puluh tanda keunggulan ragawi kecil. Mereka dianugerahi kemampuan adiduniawi berupa penglihatan ekstrasensorik, pendengaran ekstrasensorik, pertambahan dan pengurangan perawakan, dll. Mereka memiliki kekuasaan atas seluruh semesta, dan atas semua makhluk berakal. Mereka adalah intisari kesucian, kebijaksanaan, kemurnian, kemurahan, dan semua kualitas ideal lain. Proses ini tampak dalam Hīnayāna, selain dalam Mahāyāna, tapi ini tidak dibawa sampai ke ujung yang sama. Umat Hīnayāna sudah mencoba untuk tetap, kurang-lebih, di dalam batas-batas kemungkinan, dan semua mukjizat yang terekam merujuk pada Buddha manusiawi. Akan tetapi, di dalam Mahāyāna, batas-batas seorang tokoh dilampaui, dan para penganut segera mulai mencurahkan hiasan puitis berlebihan pada ideal Buddha. Dia disertai oleh tak terhitung Dewa-Dewa dan Bodhisatwa-Bodhisatwa. Dia duduk bermeditasi untuk kalpa-kalpa yang panjang. Kematiannya hanyalah sebuah ilusi, sebuah upāya, dan pada kenyataannya dia senantiasa hidup dan terus membantu kemajuan dunia.Judul asli | : | The Trikāya—The Buddhist Doctrine of the Trinity<i=16vGYMmWo_ntDgOK0pw7VEhvyMGe-3dj7 434KB>The Trikāya—The Buddhist Doctrine of the Trinity (1922) |
Pengarang | : | William Montgomery McGovern |
Penerbit | : | Relift Media, Juni 2022 |
Genre | : | Religi |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |