Bagi filosofi Yunani, sebagaimana bagi filosofi India, adalah aksiomatis bahwa tuhan secara intrinsik tidak dapat merasakan rasa sakit, dan teologi Kristen klasik mewarisi aksioma “impasibilitas” Tuhan ini.
Demikianlah persoalan rasa sakit dipahami secara dinamis—sebagai persoalan yang dipecahkan dalam bahasa pertempuran dan harapan, bukan bahasa penjelasan. Solusi seperti itu akan terasa dangkal dan goyah kecuali jika terkait dengan sebuah konsep yang menjadi sumbangsih paling khas bagi persoalan ini yang diberikan di dalam Perjanjian Baru—doktrin partisipasi ilahi dalam rasa sakit dunia.
Tidak seperti yang buta dan tuli akan permohonan kami, Tidak pula lupa bahwa kami hanya debu kecil, Tidak seperti dari langit yang terlalu tinggi untuk jangkauan kami, Dingin dalam luhur, berat dalam adil: Tidak tapi Kau kenali kami, Tuhan Kristus, Kau kenali, Kau ingat betul kami yang lemah raga, Kau bisa pahami puncak dan nadir kami, Detak-detak mulia dan nyeri-nyeri tercela.Maka, mari kita bertanya, apa persisnya implikasi-implikasi terkait persinggungan Ilahi dengan rasa sakit yang dilibatkan dalam pernyataan (St. Paulus) agar kita dapat melihat “cahaya pengetahuan akan kemuliaan Tuhan di wajah Yesus Kristus”. Bagi filosofi Yunani, sebagaimana bagi filosofi India, adalah aksiomatis bahwa tuhan secara intrinsik tidak dapat merasakan rasa sakit, dan teologi Kristen klasik mewarisi aksioma “impasibilitas” Tuhan ini. Tapi dalam Perjanjian Lama, kita menemukan gagasan bahwa Tuhan masuk ke dalam penderitaan-penderitaan umat-Nya: “Dalam semua penderitaan mereka, Dia juga menderita...dan Dia mengangkat mereka dan membawa mereka selama zaman dahulu kala” (Yesaya 63: 9). Hubungan Tuhan dengan kesengsaraan dunia bukanlah hubungan penonton belaka. Perjanjian Baru beranjak lebih jauh, dan mengatakan bahwa Tuhan adalah kasih. Tapi itu bukan kasih yang, di hadapan penderitaan akut, bisa berdiri di luar dan menjauhkan diri. Doktrin bahwa Kristus adalah citra Tuhan gaib, berarti bahwa Tuhan tidak berdiri di luar. Sebagaimana kilasan gunung berapi menyingkapkan selama beberapa jam api-api elemental di pusat bumi, demikian pula cahaya di Golgota meletus menembus kondisi-kondisi historis alam Kekekalan. Ada salib di hati Tuhan sebelum ada salib yang ditanam di bukit hijau di luar Yerusalem.
Judul asli | : | The Suffering of God<i=1E8fW6sA3fdPTPukJGL4BpzRZaKOQlTbF 443KB>The Suffering of God (1932) |
Pengarang | : | Burnett Hillman Streeter |
Penerbit | : | Relift Media, Juni 2022 |
Genre | : | Filsafat |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |