Saat kau seberangi sungai, jangan langsung pergi ke Seoul, tapi tunggu di pendaratan. Tujuh ekor kuda akan muncul segera, bermuatan keranjang-keranjang jaring, semua berderap dalam perjalanan mereka ke ibukota.
Suatu hari seorang pria terpandang dari Seoul menyeberangi Sungai Han di atas perahu. Dalam perjalanan, dia mengantuk sejenak, ketiduran, dan bermimpi. Dalam mimpinya dia bertemu seseorang beralis Gotik dan mata oval, dengan wajah semerah kurma matang, dan tinggi delapan hasta satu jengkal. Pakaiannya hijau dan janggutnya menjuntai sampai ikat pinggang. Penampilannya berwibawa, dengan pedang besar di pinggang dan menunggangi kuda merah.
Dia meminta pria terpandang itu untuk membuka tangan, yang lantas dilakukannya, dan kemudian si orang asing penuh kebesaran itu menggoreskan tanda pena sebagai lambang Dewa Perang.
Dia berkata, “Saat kau seberangi sungai, jangan langsung pergi ke Seoul, tapi tunggu di pendaratan. Tujuh ekor kuda akan muncul segera, bermuatan keranjang-keranjang jaring, semua berderap dalam perjalanan mereka ke ibukota. Kau akan memanggil para penunggangnya, membuka tanganmu, dan menunjukkan lambang ini kepada mereka. Begitu melihatnya, mereka semua akan melakukan bunuh diri di depan matamu. Sesudah itu, kau akan mengambil muatan dan menumpuknya, tapi jangan periksa isinya. Terus kau akan pergi saat itu juga dan melaporkan urusan ini ke Istana dan meminta semuanya dibakar. Urusan ini maha penting, jadi jangan gagal dalam rincian sekecil apapun.”
Judul asli | : | The Magic Invasion of Seoul<i=1JM2eky9bPam4PefG8fuZu3s3oQSf72bM 200KB>The Magic Invasion of Seoul (1913) |
Pengarang | : | Im Bang, Yi Ryuk |
Penerbit | : | Relift Media, Februari 2020 |
Genre | : | Folklor |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |