“Harga untuk ‘menggantung’ seorang juri berkisar dari lima sampai lima ratus dolar, atau lebih tinggi lagi dalam kasus penting. Ukuran ‘jatah’ penyuap juri tergantung pada jumlah yang klien siap bayar agar kasusnya diperselisihkan atau ditolak.”
“Ayo kita ke Farrell’s,” komentar Craig, usai memeriksa alat itu dan menyandangkannya ke bahu.
Masih dini, dan teater-teater tidak buka, jadi tak ada banyak orang di kafe terkenal yang beroperasi semalam suntuk itu. Kami masuk ke bar dengan waspada dan melihat-lihat. Kahn sekurangnya tidak di sana.
Di belakang bagian kafe ini terdapat beberapa stan, terbuka sesuai aturan hukum, tapi disekat secara memadai sehingga ada sedikit privasi.
Di atas stan-stan terdapat sebaris loster.
“Ada apa di belakang sana?” tanya Kennedy, berbisik.
“Sebuah ruang belakang,” jawab Carton.
“Jangan-jangan Kahn ada di sana,” kata Craig. “Walter, kau orang yang paling tidak mungkin dia kenali. Bagaimana kalau julurkan kepalamu ke dalam pintu dan lihat diam-diam.”
Aku bersandar, memandang sepintas rekaman ajang-ajang olahraga yang ditempel pada dinding di ujung bar, lalu, iseng-iseng, sok mencari-cari seseorang, mengayunkan pintu berengsel ganda yang menuntun dari bar ke ruang belakang.
Ruang itu kosong, selain satu orang pria, menyamping dari pintu, sedang membaca koran, tapi dalam posisi demikian rupa sehingga dia bisa melihat siapapun yang masuk. Aku belum membuka pintu cukup lebar untuk ketahuan, tapi aku buru-buru mengayunkannya kembali. Itu Kahn, dengan angkuh menyeruput sesuatu yang dipesannya.
“Dia di belakang sana,” bisikku pada Kennedy saat kembali, dengan kalut memberi isyarat ke arah salah satu loster di atas stan-stan, yang di belakangnya Kahn sedang duduk.
“Tepat di sana?” selidiknya.
“Hampir,” jawabku.
Sejenak kemudian Kennedy memimpin ke stan di bawah loster itu dan kami duduk. Seorang pelayan mondar-mandir dekat kami. Craig lekas membungkamnya dengan pesanan yang banyak dan uang tip lumayan.
Dari posisi kami, kalau kami duduk jauh di dalam stan, kami tersembunyi secara efektif kecuali jika seseorang sengaja datang dan mengunjungi kami. Kami memperhatikan Kennedy dengan penasaran. Dia sudah melepas boks hitam kecil mirip kamera dari bahunya dan menyematinya sepasang kawat tipis dan sebuah aki saku kecil yang dia bawa.
Terus dia mendongak ke loster. Itu terlalu tinggi untuk kami menguping, sekalipun orang-orang di ruang belakang berbicara cukup nyaring. Berdiri di atas kursi dinding stan berbahan kulit untuk mendengar-dengarkan atau bahkan untuk mengintip adalah mustahil, karena pasti akan menimbulkan kecurigaan di antara para pelayan, atau para pelanggan yang keluar-masuk tempat itu.
Kennedy menunggu-nunggu kesempatan, dan ketika kafe kosong setelah sempat dibanjiri di jeda antar babak dari sebuah teater sebelah, dia buru-buru lompat naik kursi, berdiri jinjit, dan mengulurkan lehernya lewat loster yang terbuka diagonal. Sebelum para pelayan, yang sedang sibuk membereskan akibat dari serbuan teater terakhir, sempat melihatnya, Craig sudah menyelipkan boks hitam kecil ke dalam bayangan pojok.
Dari boks itu berjuntai kawat-kawat tipis, tidak kelihatan.
“Dia sedang duduk persis di belakang kita,” lapor Kennedy. “Entahlah soal lampu busur yang menyala di tengah-tengah ruangan, tapi kupikir itu tak jadi masalah. Biar bagaimanapun, kita harus ambil kesempatan. Menurutku dia sedang menunggu seseorang—tidakkah begitu menurutmu, Walter?”
Aku mengangguk setuju.
“Dia tidak membuang-buang waktu untuk mulai bekerja,” selang Carton, yang sedari tadi menjadi penonton bisu persiapan Kennedy. “Apa yang kau taruh di birai atas sana—detektapon?”
Judul asli | : | Jury Fixer<i=1oH4dl-je7ix-H6aiaCq2HLPXg3Db2lal 163KB>Jury Fixer (1916) |
Pengarang | : | Arthur B. Reeve |
Seri | : | Geng Politik #9 |
Penerbit | : | Relift Media, Oktober 2019 |
Genre | : | Kriminal |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |