Aku memeriksa, setiap malam! Berjam-jam kuperhatikan perubahan itu… Apa kau pernah lihat jasad membusuk? Tentu tidak! Begitupun aku. Tapi kau pasti tahu secara umum bagaimana prosesnya. Well, ini kebalikannya persis!
Ini adalah kisah horor yang bapak Asa Gregg tuangkan ke dalam diktapon
Senter penjaga malam mencetak lingkaran putih pada pintu kaca baur bertuliskan huruf-huruf hitam:
Di dalam kantor, Asa Gregg mendengar gerutuan itu dengan jelas. Dia duduk diam di kursi besar berbantalan kulit, hampir tak bernafas, sampai gesekan kaki si penjaga menghilang di lorong. Tak ada cahaya di ruangan ini untuk menyingkap keberadaannya; hanya puntung cerutu berwarna céri, yang tak mungkin terlihat melalui pintu kaca baur. Bagaimanapun, dalam satu jam, patroli si penjaga akan membawanya melewati kantor sekali lagi. Asa Gregg punya waktu satu jam, kalau dia bisa menghimpun keberanian untuk memanfaatkannya... Dia melepas puntung cerutu berjumbai dari mulutnya. Tangannya, yang tinggal kulit dan daging selama beberapa bulan ini, meraba-raba dalam gelap, menggeser kap diktapon dingin yang dipoles, dan menjentikkan saklar. Mesin menderu redam. Jemarinya menemukan pipa, mengangkatnya. “Nona Carruthers!” bentaknya. Dia ragu. Tentu saja, dia bisa percaya pada Mary Carruthers! Dia tak pernah mempertanyakannya. Carruthers telah menjadi sekretarisnya selama selusin tahun—belakangan, sejak Gregg tak bisa lagi menangani urusannya sendiri, Carruthers praktis menjalankan bisnis. Dia berumur 40, berakal, tidak cantik, dan tak banyak bicara. Persetan, Gregg harus percaya padanya! Suaranya tenggelam ke dalam gelap. “Apa yang akan kukatakan sekarang ditujukan untuk telinga Ny. Gregg saja. Dia akan pulang naik perahu pertama, tentu. Temui perahu itu dan bawa dia ke kantor. Karena isteriku tak tahu apa-apa soal diktapon, kau perlu memutar rekaman ini. Habis itu tinggalkan dia sendirian di dalam ruangan. Pastikan dia tak terpotong untuk setengah jam. Itu saja.” Dia menanti jeda cukup. Jarum tersembunyi mengelupaskan benangnya ke silinder lilin yang berputar. “Jeannette,” Asa Gregg berkomat-kamit, dan kembali ragu. Ini tidak akan mudah diucapkan. Dia putuskan untuk memulai apa adanya. “Seperti kau mungkin tahu, surat wasiatku dan polis-polis asuransi ada di ruang besi di First National. Aku yakin kau akan menemukan semua dokumenku dalam kondisi rapi. Kalau timbul pertanyaan, berkonsultasilah dengan Nona Carruthers. Apa yang akan kukatakan sekarang murni pribadi—aku merasa, sayangku, berutang penjelasan padamu—yaitu—”
GREGG CHEMICAL CO., MFRS. ASA GREGG, PRES. PRIVATEMungkin bunyi tadi datang dari ruang penyimpanan. Maka si penjaga malam berjalan gedebak-gedebuk sepanjang koridor berlapik karet, menghempaskan tubuhnya pada pintu. Ia terbuka keras, logam berat yang dipaskan ke dalam selubung gabus. Ruangan ini adalah ruang besi kedap udara dan tahan api, sebetulnya. Sepatunya menggeretak pada lantai beton selagi dia berkeliling di antara tong-tong porselen besar. Senternya mengebor kabut kebiruan menuju dinding-dinding beton. Uap asam yang lepas dari bawah tutup tong menghasilkan kabut dan membakar tenggorokan orang ini. Dia bergegas keluar, batuk-batuk dan menyeka mata. Ini sangat lucu. Akhir-akhir ini setiap malam dia mendengar berisik aneh yang sama di suatu tempat di sayap bangunan sini... Seperti sesosok tubuh yang merintih dan bolak-balik dalam tidur resah. Itu membuatnya takut. Tapi dia tidak menyebutkan misteri ini kepada siapa-siapa. Dia seorang pak tua, dan dia tak ingin Tn. Gregg menganggapnya mulai terlalu tua untuk pekerjaan ini. “Asa akan berpikir aku gila kalau kuceritakan ini padanya,” rengutnya.
Di dalam kantor, Asa Gregg mendengar gerutuan itu dengan jelas. Dia duduk diam di kursi besar berbantalan kulit, hampir tak bernafas, sampai gesekan kaki si penjaga menghilang di lorong. Tak ada cahaya di ruangan ini untuk menyingkap keberadaannya; hanya puntung cerutu berwarna céri, yang tak mungkin terlihat melalui pintu kaca baur. Bagaimanapun, dalam satu jam, patroli si penjaga akan membawanya melewati kantor sekali lagi. Asa Gregg punya waktu satu jam, kalau dia bisa menghimpun keberanian untuk memanfaatkannya... Dia melepas puntung cerutu berjumbai dari mulutnya. Tangannya, yang tinggal kulit dan daging selama beberapa bulan ini, meraba-raba dalam gelap, menggeser kap diktapon dingin yang dipoles, dan menjentikkan saklar. Mesin menderu redam. Jemarinya menemukan pipa, mengangkatnya. “Nona Carruthers!” bentaknya. Dia ragu. Tentu saja, dia bisa percaya pada Mary Carruthers! Dia tak pernah mempertanyakannya. Carruthers telah menjadi sekretarisnya selama selusin tahun—belakangan, sejak Gregg tak bisa lagi menangani urusannya sendiri, Carruthers praktis menjalankan bisnis. Dia berumur 40, berakal, tidak cantik, dan tak banyak bicara. Persetan, Gregg harus percaya padanya! Suaranya tenggelam ke dalam gelap. “Apa yang akan kukatakan sekarang ditujukan untuk telinga Ny. Gregg saja. Dia akan pulang naik perahu pertama, tentu. Temui perahu itu dan bawa dia ke kantor. Karena isteriku tak tahu apa-apa soal diktapon, kau perlu memutar rekaman ini. Habis itu tinggalkan dia sendirian di dalam ruangan. Pastikan dia tak terpotong untuk setengah jam. Itu saja.” Dia menanti jeda cukup. Jarum tersembunyi mengelupaskan benangnya ke silinder lilin yang berputar. “Jeannette,” Asa Gregg berkomat-kamit, dan kembali ragu. Ini tidak akan mudah diucapkan. Dia putuskan untuk memulai apa adanya. “Seperti kau mungkin tahu, surat wasiatku dan polis-polis asuransi ada di ruang besi di First National. Aku yakin kau akan menemukan semua dokumenku dalam kondisi rapi. Kalau timbul pertanyaan, berkonsultasilah dengan Nona Carruthers. Apa yang akan kukatakan sekarang murni pribadi—aku merasa, sayangku, berutang penjelasan padamu—yaitu—”
Judul asli | : | In the Dark<i=1AWOQQhhSN6zq901291biVk4khAovFugy 158KB>In the Dark (1936) |
Pengarang | : | Ronal Kayser |
Penerbit | : | Relift Media, Mei 2018 |
Genre | : | Misteri |
Kategori | : | Fiksi, Cerpen |